Medan | EGINDO.co – Adanya perdagangan Rempah, menjadi bukti adanya sejarah Pelabuhan Barus di Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara yang mendunia karena zaman dahulu satu satunya alat transportasi adalah kapal laut maka pelabuhan menjadi tempat yang sangat penting kala itu.
“Pelabuhan menjadi sangat penting pada satu daerah, pada satu wilayah karena adanya pelabuhan menandakan daerah atau wilayah itu dikunjungi banyak orang,” kata Ketua Yayasan Badan Warisan Soematra (YBWS), Ir. Fadmin Malau kepada wartawan sehubungan dengan keberadaan pelabuhan pada satu daerah.
Dikatakannya, adanya pelabuhan menandakan daerah itu telah berjaya, sudah maju sama halnya sekarang ini daerah yang memiliki lapangan terbang internasional menandakan daerah itu sudah maju.
Keberadaan pelabuhan zaman dahulu disebabkan adanya transaksi atau perdagangan pada satu daerah maka muncul pelabuhan, demikian halnya dengan pelabuhan Barus di Tapanuli Tengah yang kini sepi bahkan tidak dikenal lagi kota tua itu sebagai bandar atau pelabuhan karena memang tidak berfungsi lagi sebagai pelabuhan.
Pelabuhan Barus menjadi terkenal karena adanya rempah merupakan salah satu jenis komoditas yang paling dicari di seluruh belahan dunia zaman dahulu. Rempah itu memiliki nilai tinggi, karena rempah-rempah mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan manusia.
Fadmin Malau mengatakan sejak dahulu Pulau Sumatera yang sebelumnya bernama Pulau Andalas termasuk dalam jalur pelayaran ataupun perniagaan internasional. Pada pantai barat pulau Sumatera itu menjadi jalur pelayanan yang strategis ke Timur Tengah dan Eropah sehingga pada sisi barat pulau Sumatera itu berlabuh para pedagang rempah di Pelabuhan Barus.
Secara geografis yang menguntungkan karena Pelabuhan Barus berada di pantai yang menghadap langsung ke Samudra Hindia. Kemudian kondisi perairan di kawasan pelabuhan tenang, tidak memiliki ombak besar meskipun berada di Samudra Hindia karena pantai Barus dilindungi oleh Pulau Karang dan pulau pulau lainnya yang menjadikan Barus sebagai pelabuhan alam yang nyaman.
Pada zaman dahulu menjadi tempat aktivitas perdagangan komoditas kapur barus dan kemenyan dan rempah-rempah lainnya. “Akhirnya pelabuhan Barus menjadi bagian dari jalur perdagangan dari timur menuju barat dan kota Barus menjadi tempat singgah dan aktivitas jual beli rempah,” katanya.
Menurut Fadmin Malau dari berbagai literature yang ada menyebutkan Pelabuhan Barus merupakan salah satu pelabuhan tertua di bagian barat Sumatra. Dimana Pelabuhan Barus berperan penting dalam aktivitas perdagangan dan menjadi tempat berlabuhnya kapal dagang dari Tiongkok, Persia, Arab, Roma, India, Gujarat, dan Mediterania.
“Disebutkan pada abad ke-7, wilayah Barus sudah cukup terkenal dalam perdagangan dunia. Selain terdapat pelabuhan untuk singgah dan tempat pertukaran hasil bumi, para pedagang dari Timur Tengah dan Barat juga menetap di Barus karena di tempat ini terdapat rempah-rempah sekaligus kaya akan hasil kapur barus yang paling diminati,” katanya menandaskan.
Sementara itu melansir dari indonesia.go.id, wilayah Barus memiliki satu komoditas hasil hutan yang memiliki daya pikat tinggi, sangat dicari, dan harganya saat itu bisa setara dengan komoditas emas yaitu kapur barus atau kamper.
Lalu pada masa kolonial, kapur barus menjadi komoditas incaran para pedagang kaya dari Belanda. Selain itu, mereka juga mencari berbagai macam rempah seperti lada, kemenyan, dan emas di wilayah Barus. Aktivitas perdagangan tersebut sering menimbulkan pertikaian karena persaingan untuk mendapatkan rempah.
Proses perdagangan rempah di Pelabuhan Barus awalnya dikumpulkan dari pedagang pengumpul di pedalaman, kemudian dibawa oleh kapal-kapal yang berdagang di sepanjang pantai Barat Sumatra. Hal ini mengakibatkan “kompetisi” dari pihak pedagang hingga terjadinya monopoli oleh pihak Belanda dan Inggris. Selain menjadi tempat singgah hingga aktivitas perdagangan komoditas rempah-rempah, Pelabuhan Barus juga menjadi kiblat perdagangan dunia.@
Bs/timEGINDO.co