Wisatawan Dilarang Masuk Gang Pribadi Distrik Geisha Kyoto

Ilustrasi Geisha di Jepang
Ilustrasi Geisha di Jepang

Tokyo | EGINDO.co – Pengunjung akan dilarang memasuki gang-gang pribadi di distrik geisha yang terkenal di Kyoto, kata perwakilan setempat pada Kamis (7 Maret), ketika kota kuno tersebut mengatasi overtourism setelah pandemi.

Penduduk Kyoto telah lama mengungkapkan rasa frustrasinya terhadap perilaku buruk wisatawan, terutama di distrik Gion, yang merupakan rumah bagi kedai teh tempat “geiko” – sebutan bagi geisha setempat – dan murid-murid “maiko” muda mereka, tampil.

Pada bulan Desember, dewan distrik Gion yang terdiri dari warga mendesak Kota Kyoto untuk mengatasi masalah ini, dengan mengatakan bahwa lingkungan mereka “bukanlah taman hiburan”.

Salah satu anggota sebelumnya mengatakan kepada media Jepang tentang contoh kimono maiko yang robek dan seorang lagi yang mengenakan puntung rokok di kerahnya.

Baca Juga :  Kamboja Dibuka Kembali Untuk Wisatawan Yang Telah Vaksinasi

Dengan masalah yang masih berlangsung, dewan memutuskan untuk meningkatkan tanggapannya.

“Kami akan meminta wisatawan untuk tidak memasuki jalan-jalan sempit pada atau setelah bulan April,” kata Isokazu Ota, anggota eksekutif dewan tersebut, kepada AFP.

“Kami tidak ingin melakukan ini, tapi kami putus asa,” katanya, seraya menambahkan bahwa mereka akan memasang tanda-tanda.

Jalan Hanamikoji utama di Gion, yang merupakan jalan umum, akan tetap dibuka untuk wisatawan.

Ota mengatakan sekelompok wisatawan kadang-kadang “bertindak seperti paparazzi” ketika geisha muncul dari jalan sempit yang lebarnya hanya satu atau dua meter.

Pada tahun 2019, dewan distrik Gion memasang tanda yang bertuliskan “dilarang memotret di jalan pribadi” yang memperingatkan denda hingga ¥10.000 (US$67).

Baca Juga :  Pria Serang Kiper Sevilla Dilarang Masuk Stadion 40 Tahun

Terlepas dari kesalahpahaman umum, geisha bukanlah pelacur, melainkan penghibur dan pembuat cerita yang sangat ahli dalam tarian tradisional Jepang, alat musik, dan permainan.

Pariwisata ke Jepang telah meningkat pesat sejak pembatasan perbatasan di era pandemi dicabut, dan objek wisata utama lainnya juga mengambil langkah-langkah untuk melawan overtourism.

Musim panas ini, pendaki yang menggunakan rute paling populer untuk mendaki Gunung Fuji akan dikenakan biaya sebesar US$13 per pendaki, dengan jumlah yang dibatasi untuk mengurangi kemacetan dan meningkatkan keselamatan.

Sumber : CNA/SL

Bagikan :
Scroll to Top