Brussels, | EGINDO.co – Bayi baru lahir yang sakit atau prematur tidak perlu dipisahkan dari ibunya karena berisiko meninggal atau mengalami masalah kesehatan jangka panjang, kata para ahli kesehatan global.
Dua studi baru yang dikutip oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menemukan bahwa ribuan petugas layanan kesehatan neonatus (bayi yang baru lahir) tidak mengizinkan ibu dengan infeksi COVID-19 yang dikonfirmasi untuk melakukan kontak kulit dengan bayi mereka baru lahir, dan hampir seperempat dari mereka yang disurvei tidak mengizinkan menyusui.
Namun menjaga ibu dan bayi tetap bersama dan mendorong semua bayi untuk memiliki apa yang disebut “perawatan ibu” yang melibatkan kontak awal dan sangat dekat antara ibu dan bayi yang baru lahir – dapat menyelamatkan lebih dari 125.000 nyawa, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan di Jurnal Lancet​​​​​​ EclinicalMedicine.
Bayi baru lahir di seluruh dunia memiliki “hak atas kontak penyelamatan hidup yang mereka butuhkan dengan orang tua mereka”, dan ini tidak boleh disangkal karena pandemi COVID-19, ujar pakar WHO untuk kesehatan ibu dan bayi baru lahir Anshu Banerjee. “Kemajuan selama beberapa dekade dalam mengurangi kematian anak akan terancam kecuali kita bertindak sekarang,” katanya dalam sebuah pernyataan.
WHO mengatakan para ibu harus terus satu kamar dengan bayinya sejak lahir dan dapat menyusui serta melakukan kontak kulit-ke-kulit “bahkan ketika dikonfirmasi positif COVID-19”. Tetapi sebuah studi di jurnal BMJ Global Health menemukan bahwa dua pertiga dari 1.120 petugas kesehatan yang disurvei di seluruh dunia mengatakan mereka akan memisahkan ibu dan bayi dengan tes COVID-19 positif.
Lebih dari 85 persen dari mereka yang disurvei mengkhawatirkan kesehatan mereka sendiri, dengan kekurangan alat pelindung diri (APD), stres dan keselamatan di antara kekhawatiran utama. Di beberapa rumah sakit, survei menemukan, sumber daya penting termasuk staf dan pasokan oksigen dipindahkan dari bangsal bayi baru lahir ke bangsal COVID-19.@
rtr/ant/TimEGINDO.co