Oleh: Fadmin Malau
Peran para wartawan atau jurnalis, dahulu disebut “kuli tinta” dalam memerdekakan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) perannya sangat besar. Jauh sebelum tahun 1945 para wartawan telah berbuat yakni tahun 1920-an. Para wartawan telah berjuang agar Indonesia merdeka, lepas dari penjajahan Belanda.
Seorang dari para wartawan itu BB. Abdulrahman, lahir di Kota tua Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah. Meskipun pendidikannya hanya sampai sekolah rakyat akan tetapi BB. Abdulrahman berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. BB. Abdulrahman meninggalkan kota kelahirannya, pergi merantau ke tanah Jawa.
Sebelum ke tanah Jawa, dari kota kelahirannya, Barus merantau ke Tanah Deli di Medan. Selama tujuh tahun BB. Abdulrahman bermukim di Kota Medan dari tahun 1920 sampai tahun 1927. Masih sangat langka kala itu perantau dari kota tua Barus ke Kota Medan berdagang dengan membuka toko.
Abdulrahman membuka toko batik di Medan. Dari Kota Medan, BB. Abdulrahman pindah ke Pekalongan yang merupakan daerah tempat batik sehingga usaha toko batik yang telah dirintisnya selama tujuh tahun di Medan ingin dikembangkannya lebih bagus lagi.
Setibanya di Pekalongan, BB. Abdulrahman meneruskan usaha textiel batik. Namun, keinginannya agar Indonesia merdeka terus menggebu-gebu. Jiwa jurnalis yang ada pada dirinya digunakan sebagai alat perjuangan melawan penjajah Belanda.
Bersama rekan-rekan sejiwa atau para “kuli tinta” tahun 1933, BB. Abdulrahman menerbitkan majalah politik diberi nama BOM. Menerbitkan majalah politik bernama BOM sebagai alat untuk melawan penjajah Belanda kala itu.
Majalah BOM merupakan sebuah singkatan dari cita-cita bangsa Indonesia yakni ingin lepas dari penjajahan Belanda. Majalah politik BOM adalah singkatan dari Berdjoang Oentuk Merdeka.
Abdulrahman sesungguhnya orang Mandailing yang sukses dalam berbisnis texteil Batik di Pekalongan. Siapa sangka orang dari Sumatera bisa berjaya di Tanah Jawa. Ternyata tidak saja sukses sebagai bisnisman pada industri texteil akan tetapi juga seorang jurnalis dan sebagai aktivis pergerakan.
Faktanya BB. Abdulrahman pengurus Partai Politik Partindo yang kala itu sangat disegani dan ditakuti Belanda. Aktivitas para pengurus Partai Politik Partindo dinilai Belanda sebagai musuh yang nyata karena aktivitasnya bertujuan untuk memerdekakan Indonesia. Ingin Indonesia merdeka maka jelasnya setiap usaha untuk memerdekakan Bangsa Indonesia dinilai berseberangan dengan Belanda.
Orang-orang atau siapa saja yang memiliki usaha untuk memerdekakan Bangsa Indonesia dinilai sebagai musuh nyata. Bagi Belanda musuh yang nyata. Belanda tidak senang. Bagi Belanda bisa saja beriringinan atau berteman dengan Belanda bila dari segi bisnis seperti yang dilakukan BB. Abdulrahman bisnis texteil Batik.
Namun, BB. Abdulrahman disamping bisnismen juga seorang jurnalis dan aktivis politik. BB. Abdulrahman memiliki keinginan memerdekakan Bangsa Indonesia dan ingin mendirikan negara Indonesia maka Belanda menyatakan itu sebagai musuh yang nyata.
Abdulrahman bukan saja aktif sebagai “Kuli tinta” akan tetapi juga aktif sebagai Pengurus Partai Politik Partindo. Melihat semuanya itu BB. Abdulrahman ditangkap kolonial Belanda dan dimasukkan penjara selama tiga tahun.
Belanda menilai sangat berbahaya maka dipenjarakan BB. Abdulrahman agar gerak langkahnya terhenti. Apa yang dilakukan Belanda berhasil, dengan dipenjarakannya BB. Abdulrahman membuat usaha bisnis texteil Batiknya juga terhenti.
Ketika masa hukumannya habis, tahun 1938 BB. Abdulrahman pindah ke Solo dan memulai usaha bisnis texteilnya dengan toko texteil bernama Imada General Merchant dan bertindak sebagai direktur. Usaha yang dimulainya tahun 1938 itu terus berkembang selama empat tahun hingga tahun 1942.
Imada General Merchant berhasil menjadi raja texteil di Solo dan usaha yang berkembang itu ditantang dengan situasi politik yang berubah draktis. Pada awal tahun 1942 Indonesia berpindah tangan dari Belanda ke Jepang.
Belanda angkat kaki dari bumi Indonesia dan Jepang menjajah Indonesia. Situasi politik yang berkecamuk membuat usaha texteil batik milik BB. Abdulrahman mengalami kendala. Sudah menjadi tekad bangsa Indonesia tidak ingin dijajah siapapun juga, termasuk Jepang. BB. Abdulrahman kembali lagi ke dunia politik bersama para jurnalis dan pejuang waktu itu.
Banyak para jurnalis dan pejuang ditangkap dan dipenjarakan Jepang karena ingin memerdekakan Bangsa Indonesia termasuk BB. Abdulrahman. Tidak peduli dengan usaha texteil batik yang sudah mulai berkembang terhenti lagi karena BB. Abdulrahman dan para pejuang lainnya selama seratus hari masuk penjara.
Meskipun BB. Abdulrahman dan para pejuang lainnya masuk penjaran tetapi mereka terus berjuang untuk memerdekakan Indonesia. Akhirnya kedaulatan Indonesia dapat diraih setelah tentara Jepang menyerah tanpa syarat karena negerinya di bom atom oleh Amerika.
Pergolakan terjadi dimana-mana termasuk di Solo, para pejuang bangkit merebut kemerdekaan dan berkat perjuangan para pejuang Indonesia mampu memproklamirkan kemerdekaannya.
Kebangkitan Bangsa Indonesia setelah mampu memproklamirkan kemerdekaannya, BB. Abdulrahman berjuang untuk bangkit kembali dengan bisnis texteil miliknya yang selama terjadi pergolakan terhenti.
Setelah merdeka, pemerintah daerah Surakarta diserahkan sebagai daerah penyalur texteil untuk seluruh Keresidenan Surakarta. Ketika itu pula BB. Abdulrahman bangkit kembali membangun usaha texteilnya. Tahun 1953 BB. Abdulrahman membuka usaha texteil dengan nama NV. Toko Serbadjadi berkedudukan di Solo dan bertindak selaku direkturnya.
Beberapa tahun kemudian, tahun 1958 BB. Abdulrahman mengundurkan diri dari NV. Toko Serbadjadi. Tahun 1960 BB. Abdulrahman mendirikan perusahaan Industri Printing (Percetakan Texteil) dengan nama CV Masmira dan sebagai direktur perusahaan.
Sampai tahun 1964 usaha-usaha yang dirintis BB. Abdulrahman putra Mandailing kelahiran kota tua Barus tetap berjaya. Firma Imada General Marchant dan CV. Masmira terus berkembang, begitu juga dengan NV. Toko Serbadjadi yang banyak membantu perjuangan para pejuang dalam merebut kemerdekaan.
Apa yang diinginkan para jurnalis di majalah politik bernama BOM menjadi kenyataan. Meskipun awalnya hanya sebuah impian, cita-cita bagaimana agar bangsa Indonesia bisa merdeka dari jajahan bangsa asing.
Cita-cita majalah politik bernama BOM secara perlahan tetapi pasti mewujudkan singkatan dari kata BOM itu sendiri. BOM sebuah singkatan dari Berdjoang Oentuk Merdeka. Ternyata singkatan BOM itu menjadi kenyataan. BOM awalnya cita-cita bangsa Indonesia ingin lepas diri dari penjajahan Belanda. Kini Indonesia sudah merdeka.
***