Warga Perbatasan Kembali Ke Rumah Saat Perdamaian Rapuh Kamboja-Thailand Bertahan

Warga Perbatasan Kamboja-Thailand kembali ke rumah
Warga Perbatasan Kamboja-Thailand kembali ke rumah

Siem Reap, Kamboja | EGINDO.co – Warga Kamboja yang lelah dengan hati-hati kembali ke rumah untuk membangun kembali kehidupan mereka, seiring perdamaian yang rapuh mulai terbentuk di sepanjang perbatasan Kamboja-Thailand.

Ketenangan ini menyusul gencatan senjata 28 Juli, yang mengakhiri bentrokan kekerasan selama berminggu-minggu.

Namun, pasukan di kedua belah pihak tetap waspada, karena para pengamat memperingatkan bahwa gencatan senjata dapat berakhir kapan saja.

Bagi Moa Rim, seorang warga Kamboja yang tinggal di dekat perbatasan bersama keluarganya, tinggal di kamp pengungsian selama sebulan terakhir tidaklah mudah.

“Tenda-tenda kami berderet,” kenangnya. “Saat hujan, air mengalir ke mana-mana. Sangat basah. Kami hanya bisa tidur ketika tidak hujan.”

Menghapus Bahaya Tersembunyi

Namun, sebelum lebih banyak keluarga dapat kembali ke rumah dengan selamat, persenjataan yang belum meledak harus dibersihkan terlebih dahulu.

Pusat Aksi Ranjau Kamboja (CMAC) sedang merekrut 12.000 relawannya di seluruh negeri.

Mereka dilatih untuk mendeteksi potensi risiko dan dapat menyampaikan informasi langsung ke CMAC, sehingga mempercepat respons untuk melindungi masyarakat.

CMAC memperkirakan akan membutuhkan waktu sekitar dua bulan untuk membersihkan bom yang belum meledak dari area dekat desa. Namun, menyisir area yang lebih luas seperti lahan pertanian bisa memakan waktu bertahun-tahun.

Direktur Jenderal CMAC, Heng Ratana, mengatakan prioritas akan diberikan kepada masyarakat miskin tanpa lahan, penyandang disabilitas, dan kelompok rentan lainnya.

“(Kami ingin) memastikan mereka dapat, dengan musim hujan, menanam padi, jagung, dan sebagainya,” tambahnya.

“Saya berharap kami dapat mengurangi dampak (penderitaan mereka).”

Bahkan bagi mereka yang telah berhasil kembali ke rumah, kendala baru tetap ada.

Kamboja menuduh Thailand memasang kawat berduri di wilayahnya.

Namun, Thailand bersikeras bahwa pagar kawat berduri tersebut berada di wilayahnya sendiri, dengan mengatakan bahwa pagar kawat tersebut dimaksudkan untuk mencegah tentara Kamboja menanam ranjau darat baru.

Pihak berwenang Kamboja telah menyediakan tempat penampungan sementara bagi penduduk desa yang terlantar, beserta akses ke makanan dan layanan kesehatan.

“Kami menjamin mereka akan mendapatkan pasokan makanan harian yang cukup,” kata Gubernur Provinsi Banteay Meanchey, Oum Reatrey.

“Beras, ikan kaleng, kecap ikan, mi, dan makanan tambahan lainnya tersedia untuk mereka.”

Langkah Ke Depan

Sementara itu, stan-stan telah didirikan untuk membantu para pekerja Kamboja yang kembali mengakses pelatihan keterampilan atau mencari pekerjaan di dalam negeri.

Sekitar delapan dari 10 pekerja telah mendaftar, meskipun sejauh ini hanya sekitar 15 persen yang berhasil mendapatkan kesempatan.

Pertempuran aktif antara Thailand dan Kamboja telah berhenti sejak gencatan senjata 28 Juli.

Kedua belah pihak telah sepakat untuk membentuk badan sementara yang dikenal sebagai Tim Pengamat Sementara.

Tim ini, yang terdiri dari atase pertahanan dari Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dan dipimpin oleh Malaysia, ketua blok regional saat ini, berperan untuk memastikan gencatan senjata dipatuhi.

Langkah ini dipandang sebagai langkah pertama menuju pembentukan mekanisme formal dan permanen yang akan memungkinkan ASEAN memainkan peran lebih besar dalam mendorong perdamaian antara kedua negara.

Sumber : CNA/SL

Scroll to Top