Beijing | EGINDO.co – Sekelompok ahli virologi AS melaporkan “desain, sintesis, dan pemulihan bentuk kehidupan replika sintetik terbesar,” virus corona mirip SARS kelelawar berukuran 29,7 kb dalam sebuah artikel yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah AS Proceedings of the National Academy of Sciences of the Amerika Serikat (PNAS) pada awal Oktober 2008.
Artikel tersebut melaporkan penciptaan virus corona di laboratorium, yang tidak hanya menular pada tikus, tetapi juga pada kultur sel epitel saluran napas manusia.
Para peneliti memiliki kemampuan untuk merancang dan mensintesis berbagai virus corona mirip SARS, kata Ralph Baric, profesor di University of North Carolina dan penulis utama artikel yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah PNAS.
Sejak 1983, Baric telah menerbitkan lebih dari 400 makalah atas namanya sendiri atau sebagai instruktur, termasuk 268 makalah tentang virus corona.
Dia telah menjelajahi analisis, manipulasi, dan pembuatan virus corona, dan menggabungkan kembali, mengkloning, memodifikasi, dan mengubah virus yang berbeda selama lebih dari 30 tahun, menurut laporan oleh China’s Science and Technology Daily pada hari Kamis.
Dana yang tidak mencukupi telah menjadi sakit kepala terbesar Baric dalam studinya tentang coronavirus hingga pecahnya SARS pada tahun 2003, yang membuktikan kepada dunia betapa mematikannya coronavirus dan kerusakan luar biasa yang dapat ditimbulkannya pada umat manusia.
Pada tahun 2006, setelah sejumlah generasi yang tidak diketahui dari kultur virus yang ditargetkan oleh tim Baric, sebuah mutasi yang berhasil menyebabkan kematian cepat pada tikus muncul, dan virus baru ini dapat menginfeksi manusia dan menyebabkan pneumonia dan kematian yang lebih tinggi.
Dalam laporannya, ia mengingatkan bahwa teknologi sintesis sekuens virus berpotensi digunakan untuk membuat senjata biologis pemusnah massal.
Namun, peringatannya dilihat sebagai iklan oleh penghasut perang. Peneliti lab Fort Detrick termasuk di antara penemu banyak paten yang diberikan Baric.
Praktik ini lebih kondusif untuk pembagian paten terselubung, sehingga staf lab tidak lagi harus membayar biaya paten untuk persiapan virus di masa mendatang.
Sumber : CGTN/SL