Trump Berlakukan Tarif 50 Persen untuk Tembaga Mulai Agustus 2025

Ilustrasi Trump Berlakukan Tarif 50 Persen untuk Tembaga
Ilustrasi Trump Berlakukan Tarif 50 Persen untuk Tembaga

Washington|EGINDO.co  Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif impor baru sebesar 50 persen terhadap produk tembaga. Kebijakan ini akan mulai diberlakukan pada 1 Agustus 2025 dan menjadi bagian dari strategi ekonomi nasional untuk mendorong penguatan industri dalam negeri, khususnya sektor yang dianggap strategis.

Dalam pernyataan resminya yang disampaikan melalui platform Truth Social, Trump menyebut bahwa tembaga memiliki peranan vital bagi industri pertahanan dan teknologi tinggi. Ia menegaskan bahwa bahan ini diperlukan dalam produksi semikonduktor, sistem persenjataan, pusat data, hingga kendaraan listrik.

“Tembaga adalah komponen penting dalam pembangunan sistem radar, rudal, baterai lithium-ion, serta senjata hipersonik yang kini sedang kami produksi dalam jumlah besar,” tulis Trump.

Kebijakan ini mengikuti pola tarif sektoral yang sebelumnya diterapkan Trump terhadap baja dan aluminium selama masa jabatannya terdahulu. Menurut laporan Bloomberg, pemerintahan Trump saat ini tengah menyusun ulang peta kebijakan industrinya dengan pendekatan proteksionis untuk membendung ketergantungan terhadap impor bahan baku strategis.

Negara Pemasok Bereaksi

Negara-negara pemasok utama tembaga ke AS seperti Chili, Kanada, dan Meksiko bereaksi keras terhadap pengumuman tarif ini. Ketiganya menyatakan bahwa ekspor mereka tidak mengancam keamanan nasional AS dan seharusnya tetap mendapatkan perlindungan melalui perjanjian dagang yang berlaku, termasuk Perjanjian AS-Meksiko-Kanada (USMCA).

“Kami menilai langkah ini bertentangan dengan semangat perdagangan bebas yang disepakati bersama,” ungkap Kementerian Perdagangan Chili dalam keterangan tertulis yang dikutip dari The Wall Street Journal.

Data dari Biro Sensus Amerika Serikat menunjukkan bahwa ketiga negara tersebut menguasai mayoritas pangsa pasar impor tembaga ke AS dalam bentuk olahan, paduan tembaga, serta berbagai produk turunannya.

Potensi Dampak Ekonomi

Para analis memperingatkan bahwa kebijakan tarif baru ini bisa berdampak pada rantai pasok industri dalam negeri, yang pada akhirnya dapat meningkatkan harga produk elektronik, otomotif, dan peralatan industri. “Langkah ini berpotensi menekan daya beli konsumen AS, mengingat tembaga merupakan material kunci dalam banyak produk rumah tangga dan teknologi,” ujar Ethan Harris, kepala analis ekonomi di Bank of America, sebagaimana dikutip dari Bloomberg Economics.

Sementara itu, sejumlah asosiasi industri di AS juga menyuarakan keprihatinan. Mereka khawatir tarif tinggi justru akan menghambat inovasi dan membuat biaya produksi melonjak, terutama di sektor kendaraan listrik dan perangkat elektronik konsumen.

Pemerintah Chili, Kanada, dan Meksiko saat ini sedang mengkaji langkah diplomatik dan hukum yang dapat diambil untuk menanggapi kebijakan tersebut, termasuk kemungkinan pengajuan sengketa ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Sumber: rri.co.id/Sn

Scroll to Top