Jakarta|EGINDO.co Pemerhati masalah transportasi dan hukum Budiyanto mengatakan, Flow atau pergerakan manusia selalu diawali dan diakhiri dengan berjalan kaki walaupun sudah tersedia sistem transportasi modern. Berjalan kaki sebagai bagian dari sub sistem transportasi yang tidak terpisahkan dari sistem transportasi secara makro.
Lanjutnya, untuk mengakomodir Pejalan kaki perlu penyiapan fasilitas pejalan kaki yang nyaman dan aman sehingga terhindar dari situasi psikis sosial ( stres ).
Ia katakan, mampu menciptakan pedestrian ruang pejalan kaki menjadi ruang publik untuk komunikasi dan kesetaraan tidak ada skat – skat disitu yang menciptakan kegembiraan secara psikologis.
Yang menjadi problem menurut Budiyanto, bahwa Permasalahan mendasar bagi setiap manusia adalah memiliki kepentingan yang berbeda yang selama ini dibatasi oleh jarak dan waktu tempuh.
Ungkapnya, berjalan kaki belum mampu mengakomodir semua kepentingan baik secara individu maupun kelompok yang memiliki kepentingan yang berbeda. Perlu akselerasi untuk memobilitas setiap kepentingan manusia tersebut agar memiliki nilai produktivitas.
“Memobilitas manusia perlu sarana akselerasi yang tidak lain adalah sarana transportasi yang di gerakan oleh mekanik atau mesin,”ujarnya.
Mantan Kasubdit Bin Gakkum AKBP ( P) Budiyanto MH menjelaskan, Pemerintah bertanggung jawab untuk membangun sarana transportasi yang memenuhi standar pelayanan minimal dari aspek keamanan, keselamatan, kenyamanan, keterjangkauan, kesetaraan dan keteraturan. Di kota – kota terbesar terutama di Jakarta, relatif sudah tersedia sarana transportasi yang dimaksud, misal: Kereta Api, MRT, LRT, Transjakarta dan Jak lingko.
Menurutnya, moda transportasi ini bukan hanya sekedar menampilkan kehadiran secara phisik tapi juga sudah menghadirkan integrasi dari aspek manajemen tiketingnya dengan harga terjangkau dan menggambarkan kesetaraan. MRT, LRT dan Transjakarta sudah terintegrasi dengan harga tiket Rp10.000,- ( Sepuluh ribu rupiah ), demikian pula dengan Transjakarta dan Jak lingko dgn harga ticket Rp 5000,- ( lima ribu rupiah ).
“Moda transportasi yang sudah terintegrasi baik secara phisik maupun manajemen tiketing ditambah fasilitas aksesibilitas pejalan kaki yang aman dan nyaman barang tentu akan mendorong dan menciptakan konsistensi perjalanan manusia dan barang secara ajek yang dapat mencerminkan atau memberikan gambaran transportasi yang ideal yang menjadi harapan atau cita – cita bersama,”tandasnya.
Konsistensi perjalanan manusia dan barang ini otomatis akan menciptakan produktivitas. “Sehingga wajar apabila ada yang berpendapat bahwa berbicara transportasi atau lalu lintas bukan hanya sekedar pergeseran manusia dan barang dari satu tempat ketempat lain dengan sarana transportasi tapi memiliki dimensi yang lebih luas karena berkaitan dengan urat nadi kehidupan, cermin budaya dan modernitas,”tutup Budiyanto.
@Sadarudin