Tragedi Siklon Tropis Senyar: 307 Jiwa Tewas, Sumatera Utara Terkoyak Banjir dan Longsor

ilustrasi
ilustrasi

Sumatera Utara|EGINDO.co Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Utara mencatat bahwa korban jiwa akibat bencana banjir, banjir bandang, dan tanah longsor terus meningkat. Hingga Kamis, 4 Desember 2025, jumlahnya mencapai 307 orang meninggal. Selain itu, 167 orang masih dilaporkan hilang, sementara 1,68 juta jiwa terdampak di 17 kabupaten/kota.

Bencana ini melanda wilayah Sumut setelah Siklon Tropis Senyar membawa hujan deras yang berlangsung berjam-jam, memicu luapan sungai dan longsoran tanah di kawasan perbukitan serta pemukiman di pesisir. Sejumlah daerah terdampak mengalami kerusakan parah pada rumah, fasilitas umum, jalan, dan jembatan, sehingga akses menuju lokasi-lokasi kritis terputus dan memperlambat upaya penyelamatan.

Wilayah Paling Terdampak

Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, dan Kota Sibolga menjadi episentrum bencana, dengan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur paling signifikan. Banyak desa kini terisolasi, memaksa warga mengungsi ke pos-pos sementara yang didirikan pemerintah dan lembaga kemanusiaan.

BPBD Sumut bersama tim SAR gabungan, TNI, Polri, dan relawan bekerja tanpa henti, menembus medan berat untuk mengevakuasi warga, mencari korban yang hilang, serta menyalurkan bantuan darurat berupa makanan, air bersih, obat-obatan, dan selimut. Namun, kondisi alam yang masih ekstrem dan kerusakan infrastruktur menimbulkan tantangan besar.

Penyebab dan Dampak Lingkungan

Selain faktor alam, para pakar menekankan bahwa kerusakan lingkungan memperparah dampak bencana. Deforestasi, alih fungsi lahan, dan pengelolaan daerah aliran sungai yang kurang optimal membuat lereng bukit lebih rentan longsor dan aliran sungai cepat meluap. Siklon Senyar, yang jarang melintasi wilayah dekat garis khatulistiwa, menjadi pemicu hujan ekstrem yang tak terkendali.

Seruan Status Darurat dan Pemulihan

Guna mempercepat penanganan dan koordinasi bantuan, pemerintah daerah telah mengajukan status darurat bencana nasional. Bantuan dari berbagai provinsi terus berdatangan, namun kebutuhan di lapangan masih mendesak. Fokus utama saat ini adalah menyelamatkan nyawa, mengevakuasi warga, mencari korban hilang, serta memulihkan layanan dasar dan infrastruktur vital.

Refleksi dan Harapan

Tragedi ini menjadi pengingat bahwa mitigasi bencana dan pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan bukan sekadar kewajiban, melainkan kebutuhan untuk melindungi keselamatan warga. Ribuan keluarga kehilangan tempat tinggal, harta benda, dan anggota keluarga, namun ketabahan dan solidaritas menjadi cahaya kecil di tengah duka.

Semoga para korban yang hilang segera ditemukan, yang terluka pulih, dan mereka yang berduka diberi kekuatan. Upaya pemulihan dan rekonstruksi Sumatera Utara kini menjadi tanggung jawab bersama, agar tragedi serupa tidak terulang di masa mendatang. (Sn)

Scroll to Top