Topan Nanmadol Landa Jepang, 140.000 Rumah Tanpa Listrik

Topan Nanmadol di Jepang
Topan Nanmadol di Jepang

Tokyo | EGINDO.co – Dua orang dipastikan tewas dan dua lainnya ditemukan “tanpa tanda-tanda vital” setelah Topan Nanmadol menghantam Jepang pada akhir pekan, kata seorang juru bicara pemerintah Selasa (20 September).

Sistem badai mendarat di kota barat daya Kagoshima pada Minggu malam dan menurunkan hujan lebat di seluruh wilayah Kyushu sebelum bergerak di sepanjang pantai barat.

Pada Selasa pagi, itu diturunkan menjadi siklon ekstratropis saat menyeberang ke pantai timur laut dan menuju ke laut.

Badai itu menumbangkan pepohonan, memecahkan jendela dan menurunkan curah hujan selama satu bulan dalam periode 24 jam di beberapa bagian Prefektur Miyazaki, di mana dua kematian dikonfirmasi.

Baca Juga :  Kapten Senam Wanita Jepang Mundur Dari Paris 2024 Akibat Merokok

Juru bicara pemerintah Hirozaku Matsuno mengatakan dua orang lainnya telah ditemukan “tanpa tanda-tanda vital,” sebuah istilah yang sering digunakan di Jepang sebelum kematian secara resmi disertifikasi oleh koroner.

Dia mengatakan pihak berwenang juga sedang mencari satu orang yang dilaporkan hilang.

Sedikitnya 114 orang terluka, 14 di antaranya serius.

Pada Selasa pagi, sekitar 140.000 rumah masih tanpa listrik secara nasional, sebagian besar di Kyushu.

Di pulau Tanegashima, selatan pulau Kyushu, sebuah tembok rusak di pusat ruang angkasa Badan Eksplorasi Luar Angkasa Jepang, kata Kementerian Ekonomi dan Industri. Tingkat kerusakan bangunan yang digunakan untuk perakitan roket sedang dinilai.

Dua kematian dilaporkan di prefektur Miyazaki di pulau utama selatan Jepang Kyushu pada hari Senin, ketika badai lebih kuat, kata Badan Penanggulangan Kebakaran dan Bencana. Salah satunya adalah seorang pria ditemukan di dalam mobil yang tenggelam di sebuah peternakan yang terendam banjir di kota Miyakonojo, dan yang lainnya ditemukan di bawah tanah longsor di Mimata.

Baca Juga :  Jepang Akan Mencabut Peringatan Gempa Besar

Sebagian besar transportasi kembali normal pada hari Selasa ketika komuter kembali bekerja setelah akhir pekan tiga hari. Kereta peluru dan sebagian besar transportasi darat kembali beroperasi, tetapi lusinan penerbangan dihentikan di timur laut Jepang.

Jepang saat ini sedang dalam musim topan dan menghadapi sekitar 20 badai seperti itu setiap tahun.

Para ilmuwan mengatakan perubahan iklim meningkatkan keparahan badai dan menyebabkan cuaca ekstrem seperti gelombang panas, kekeringan, dan banjir bandang menjadi lebih sering dan intens.
Sumber : CNA/SL

Bagikan :
Scroll to Top