Titik Nol Peradaban Barus, Kemparekraf Dan Gabema Benahi

Pengurus DPP Gabema Tapanuli Tengah - Sibolga berfoto dengan Vinsensius Jemadu
Pengurus DPP Gabema Tapanuli Tengah - Sibolga berfoto dengan Vinsensius Jemadu

Jakarta | EGINDO.co – Titik Nol Peradaban di Barus, Kemparekraf dan Gabema membenahinya. Kemenparekraf mendukung pengembangan 3A (Atraksi, Aksesibilitas, Amenitas), sumberdaya manusia (SDM), industri dan investasi, pengembangan promosi, product development and event, serta pengembangan produk ekonomi kreatif di area luar situs-situs di Barus, Sumatera Utara.

Hal itu terungkap ketika Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Gabema Tapanuli Tengah – Sibolga beraudiensi dengan Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemparekraf) Vinsensius Jemadu di Gedung Sapta Pesona Kemparekraf Jl Medan Merdeka Barat No 17 Jakarta Pusat, Senin pekan lalu.

Plt Ketua Umu DPP Gabema Tapanuli Tengah – Sibolga, Masriadi Pasaribu mengatakan pihaknya melakukan audiensi dengan Kemanparekraf untuk membahas  tindak lanjut peresmian Barus sebagai Titik Nol Peradaban Islam oleh Presiden Jokowi pada 24 Maret 2017 lalu.

Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemanparekraf, Vinsensius Jemadu menganjurkan DPP Gabema Tapanuli Tengah – Sibolga untuk mengonsultasikan program revitalisasi kawasan cagar budaya situs-situs di Barus dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Direktorat Jenderal Kebudayaan.

Baca Juga :  Inggris Uji Pil Covid-19 Pfizer Pada Pasien Di Rumah Sakit

Vinsensius Jemadu mengatakan Kemanparekraf hanya penyelenggara fungsi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan teknis pengembangan destinasi, infrastruktur, dan penyelenggaraan kegiatan pariwisata di area luar situs-situs di Barus.

“Fungsi mereka melaksanakan revitalisasi cagar budaya, karena mereka mewujudkan pelestarian cagar budaya,” kata Vinsensius yang didampingi Kepala Sub Koordinator Pengembangan Destinasi Regional I Direktorat Pengembangan Destinasi Regional I Area IA Andhy MT Marpaung.

Vinsensius menjelaskan, Kemenparekraf melakukan kegiatan pengembangan tata kelola destinasi dan pengembangan infrastruktur ekonomi kreatifnya. “Kami tidak membangun infrastruktur fisik secara masif di sebuah destinasi wisata seperti situs-situs di Barus, karena statusnya sebagai cagar budaya. Seperti Candi Borobudur, kami tidak bisa cawe-cawe. Kecuali area sekitarnya,” katanya.

Kemenparekraf memberikan rekomendasi kepada kementerian/lembaga lain agar tata kelola destinasi wisata memiliki daya tarik wisata. Dalam sinergi kementerian/lembaga, Kemenparekraf melakukan kolaborasi lintas kementerian/lembaga dalam pengembangan 3A (Atraksi, Aksesibilitas, Amenitas), sumberdaya manusia (SDM), industri dan investasi, pengembangan promosi, product development and event, serta pengembangan produk ekonomi kreatif.

Diharapkannya Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah menyusun master plan destinasi pariwisata Barus yang menyeluruh didukung Pemerintah Kota Sibolga. “DPP Gabema bisa mendorong Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah berperan aktif didukung Pemerintah Kota Sibolga,” katanya.

Baca Juga :  Besok Penerbangan Dari Indonesia Ke Arab Saudi Dibuka

Vinsensius mengatakan pihaknya bersedia untuk memfasilitasi pertemuan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah bersama Pemerintah Kota Sibolga dengan kementerian/lembaga lain.

“Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Kementerian Keuangan, dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk menyusun master plan destinasi pariwisata Barus,” katanya.

Vinsensius mengharapkan DPP Gabema Tapanuli Tengah – Sibolga menyampaikan kesediaan pemerintah pusat tersebut kepada kedua pemerintah daerah. “Kami siap memfasilitasi pertemuan dengan Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Keuangan, dan Kementerian PUPR,” katanya.

Dia mempertanyakan tindak lanjut peresmian Tugu Titik Nol Peradaban Islam di Nusantara tanggal 25 Maret 2017 oleh Presiden Joko Widodo di pinggir pantai Barus. “Sejak tahun 2017 hingga hari ini perkembangannya stagnan, tidak sesuai harapan kami. Kami berharap makam para aulia di Barus dijadikan sebagai destinasi wisata reliji,” katanya.

Masriadi lebih lanjut mengatakan di Barus ditemukan makam para Aulia. Ia pun mengaku belum mengetahui apakah Pemkab Tapteng telah melakukan koordinasi program dengan pemerintah pusat. “Jika Kemenparekraf memberikan informasi dan masukan kepada Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah dan Pemerintah Kota Sibolga melalui kami, kami akan meneruskannya,” katanya.

Baca Juga :  Masyarakat Kelas Menengah Turun, Perlu Ubah Strategi Keuangan

Masriadi Pasaribu mengharapkan, potensi daya tarik wisata bahari dan wisata kuliner di Tapanuli Tengah Tapanuli Tengah dan Sibolga dirancang dalam paket wisata melalui strategi travel pattern, yaitu pola perjalanan wisata yang dirancang dalam paket wisata untuk berkunjung dari satu destinasi ke destinasi lain di sekitar.

Sementara itu, Profesor UIN Syarif Hidayatullah Rusmin Tumanggor menjelaskan, Barus berhubungan dengan dunia luar sejak 6.000 tahun yang lalu melalui perdagangan seperti sutera, kemenyan, cengkeh, dan kapur barus.

Rusmin menerangkan, moderasi beragama berkembang di Barus sejak Islam masuk disusul Protestan. Untuk mengembangkan sikap keberagamaan dalam mewujudkan kemaslahatan kehidupan berbangsa yang harmonis di tengah pelbagai desakan ketegangan, Pemerintah kata Rusmin dianjurkan mempelajari praktik moderasi beragama di Barus.@

Rel/fd/timEGINDO.co

Bagikan :
Scroll to Top