Tiga Calon ABK Asal Majalengka Melarikan Diri karena Kontrak Tidak Jelas

Lokasi penyekapan tiga pemuda asal Majalengka, Jawa Barat, di kawasan Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara, usai melamar menjadi calon anak buah kapal (ABK).
Lokasi penyekapan tiga pemuda asal Majalengka, Jawa Barat, di kawasan Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara, usai melamar menjadi calon anak buah kapal (ABK).

Jakarta|EGINDO.co Tiga pemuda asal Majalengka—RA (20), AS (18), dan RH (20)—nekat melarikan diri dari sebuah mess di Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara, setelah merasa tertipu dalam proses perekrutan sebagai Anak Buah Kapal (ABK) .

Janji Kontrak dan Gaji yang Berubah Total

Ketiganya dijanjikan oleh calo atau agensi melalui iklan di media sosial Facebook untuk mendapatkan kontrak kerja selama empat bulan dengan gaji sekitar Rp 6 juta per bulan . Namun ternyata, setelah berada di kapal, RH mendapati fakta bahwa kontraknya sesungguhnya adalah satu tahun . Sisa gaji Rp 3 juta dipotong oleh calo, dan uang tersebut digunakan untuk membeli alat pancing senilai Rp 6 juta—artinya mereka masih harus menambah sendiri . RH kemudian mengungkap bahwa, “kalian tidak tahu apakah pulang bisa bawa uang atau tidak” karena modal alat pancing masih kurang Rp 3 juta .

Pembayaran Denda dan Pembatasan Mobilitas

Calo juga memberlakukan denda sebesar Rp 2 juta jika calon ABK membatalkan keberangkatan . Kondisi mereka juga dibatasi di dalam mess: tidak boleh keluar, selalu diawasi, bahkan saat ingin ke warung pun diikuti .

Aksi Melarikan Diri Lewat Waduk Pluit

Karena situasi yang meresahkan, RA, AS, dan RH memilih melarikan diri. Mereka melompat dari mess langsung ke Waduk Pluit, berenang hingga menemukan sebuah bangunan di tepi waduk . Di situ, Wakil RT 19/RW 17 Muara Baru, Hindun, baru menyadari keberadaan mereka dan segera meminta bantuan warga untuk mengevakuasi mereka ke darat .

Menurut Grid.ID, ketiganya melarikan diri pada Sabtu malam (2 Agustus 2025) dengan menyusuri pinggiran beton sekitar mess, kemudian berenang sejauh sekira 200 meter sebelum akhirnya meminta pertolongan warga dari bangunan di atas Waduk Pluit . Ketika keluarga mencoba menjemput—khususnya putra Hindun ke mess untuk mengambil KTP dan pakaian mereka—penjaga mess justru marah dan terjadi konfrontasi dengan senjata tajam (celurit) .

Sumber: rri.co.id/Sn

Scroll to Top