Jakarta|EGINDO.co Salah satu cara jaringan teroris dalam merekrut anggotanya adalah dengan memanfaatkan kekosongan jiwa calon korbannya. Demikian dikatakan pemerhati masalah terorisme dari Universitas Indonesia, Ridwan Habib, pada perbincangan dengan RRI Pro 3, Selasa (15/8/2023).
Menurut dia, orang-orang dengan kekosongan jiwa akan merasa seolah-olah hidupnya tanpa tujuan. “Bertemunya mereka dengan kelompok yang salah seperti teroris akhirnya seperti menjadi oase,” ujarnya.
Ridwan menambahkan bahwa uang atau materi bukan menjadi faktor utama yang membuat seseorang tertarik bergabung dengan jaringan teroris. “Terorisme bergerak bukan berdasarkan kebutuhan materil atau pekerjaan melainkan kebutuhan jiwa,” ucapnya.
Menurut Ridwan, hal ini seharusnya menjadi tantangan bagi ormas-ormas Islam moderat seperti NU dan Muhammadiyah. “Idealnya kedua organisasi itu yang bisa menjadi oase dan penyejuk bagi jiwa-jiwa kosong tersebut,” ujarnya.
Beberapa waktu lalu, aparat Densus 88 Antiteror Polri menangkap seorang tersangka tindak pidana terorisme di Bekasi, Jawa Barat. Tersangka berinisial DE itu diketahui berstatus sebagai pegawai sebuah BUMN.
DE disebut sebagai salah satu pendukung ISIS yang aktif melakukan propaganda di media sosial. Aksinya dilakukan untuk memotivasi umat untuk berjihad melalui akun Facebook.
Terkait kasus tersebut, Ridwan menyarankan BUMN menggandeng ulama-ulama NU dan Muhammadiyah untuk meredam paham radikalisme pada pegawainya. “Sehingga karyawan BUMN yang merasa jiwanya kosong memiliki tempat pelarian yang benar,” ujarnya.​
Sumber: rri.co.id/Sn