Bengaluru / Singapura | EGINDO.co – Investor negara Singapura, Temasek Holdings, sedang mempertimbangkan untuk menginvestasikan 100 juta dolar AS di perusahaan perhiasan India, BlueStone, untuk sebuah saham sekitar 20 persen, dua sumber yang memiliki pengetahuan langsung mengenai hal ini mengatakan kepada Reuters.
Investasi tersebut akan membuat nilai BlueStone yang berbasis di Bengaluru, yang juga didukung oleh perusahaan modal ventura Accel dan industrialis India Ratan Tata, mendekati 500 juta dolar AS, kata salah satu sumber, yang tidak mau disebutkan namanya karena masalah ini bersifat pribadi.
Kesepakatan potensial ini dapat mendorong rencana BlueStone untuk berekspansi secara agresif di India, negara konsumen perhiasan terbesar kedua di dunia setelah China, seiring dengan melonjaknya permintaan setelah pandemi.
Perusahaan perhiasan ini sebelumnya telah mengungkapkan rencana untuk membuka 300 toko pada tahun 2024. Saat ini, BlueStone memiliki lebih dari 150 toko, menurut situs webnya.
BlueStone beroperasi di pasar yang didominasi oleh ribuan toko perhiasan independen lokal baik kecil maupun besar, serta gerai-gerai bermerek seperti Tanishq dan CaratLane yang dimiliki oleh Titan Company dan Kalyan Jewellers.
Tidak seperti kebanyakan toko perhiasan tradisional, perusahaan seperti BlueStone dan CaratLane juga menawarkan penjualan online.
Meskipun ketertarikan Temasek untuk berinvestasi di Bluestone telah dilaporkan sebelumnya, Reuters menjadi yang pertama melaporkan rincian jumlah investasi, potensi valuasi, dan rincian keuangan lainnya dari kesepakatan potensial tersebut.
Temasek sedang melakukan uji tuntas atas transaksi tersebut dan kesepakatan dapat dicapai paling cepat Juli-September jika pembicaraan berhasil, kata salah satu sumber.
CEO BlueStone Gaurav Kushwaha tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Reuters, sementara Temasek menolak berkomentar.
Temasek telah menginvestasikan $1 miliar per tahun di India selama enam tahun terakhir dan eksposurnya di India mencapai $16 miliar, yang merupakan lebih dari 5% dari portofolio global Temasek senilai $297 miliar, kata kepala Temasek di India, Ravi Lambah, kepada Economic Times bulan lalu.
Pembicaraan kesepakatan ini juga terjadi di saat banyak perusahaan rintisan di India sedang berjuang untuk mengumpulkan dana segar, sehingga memaksa mereka untuk menunda IPO dan memecat karyawan karena para investor mempertanyakan valuasi mereka yang sangat tinggi. Perusahaan rintisan hanya mengumpulkan $2 miliar pada kuartal pertama 2023, 75 persen lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu, menurut perusahaan data CB Insights.
Sumber : CNA/SL