Tantangan Dinamika Industri Agribisnis Laba Bersih PTPN Group Tembus Rp1,23 Triliun

Mohammad Abdul Ghani
Mohammad Abdul Ghani

Jakarta | EGINDO.com – Tantangan dinamika industri agribisnis laba bersih PTPN Group tembus Rp1,23 triliun. Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) kembali membuktikan komitmennya untuk tumbuh secara berkelanjutan. Hingga April 2025, PTPN Group berhasil mencatatkan pendapatan konsolidasi sebesar Rp16,48 triliun, yang tak hanya melampaui target Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) yakni (102%) tetapi juga tumbuh 20,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Laba bersih perusahaan juga melonjak hingga Rp1,23 triliun, atau setara 301,4% dari RKAP dan naik 3.165% secara tahunan. Sementara EBITDA mencapai Rp4,09 triliun, lebih tiga kali lipat dari target perusahaan.

Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), Mohammad Abdul Ghani, menyampaikan bahwa angka-angka ini bukan sekadar capaian bisnis, tetapi buah dari kerja keras panjang sejak tahun 2020 lalu. “Transformasi yang kami lakukan bukan hanya memperkuat kinerja operasional dan keuangan, tetapi juga meningkatkan daya tahan PTPN Group terhadap dinamika industri. Dengan efisiensi yang berkelanjutan dan penguatan struktur permodalan, kami terus berupaya untuk menjadi perusahaan agribisnis nasional yang modern, sehat, dan berdaya saing,” kata Ghani.

Disebutkannya dari catatan positif, komoditas sawit tetap menjadi tulang punggung utama. Dengan pendapatan mencapai Rp13 triliun atau 120% dari target, sawit menyumbang kontribusi terbesar. Harga jual rata-rata CPO yang mencapai Rp14.530/kg (121% dari RKAP) dan efisiensi biaya, menjadikan EBITDA sawit menyentuh angka Rp4,47 triliun.

Sementara itu, komoditas gula dari tebu menjadi kejutan manis tahun ini. Volume penjualan gula mencapai 96 ribu ton dan masih 89,5% dari target, namun dengan pendapatan Rp1,61 triliun, EBITDA telah mencapai Rp250 miliar atau 245% dari target. Harga jual gula pun solid di angka rata-rata Rp15.595/kg.

Komoditas karet juga tampil kompetitif, mencatat pendapatan Rp1,29 triliun dan harga jual tinggi sebesar Rp34.090/kg. Kinerja ini menghasilkan EBITDA Rp238 miliar, melampaui target hingga 442%. Disisi neraca keuangan, kekuatan PTPN Group makin solid. Total aset mencapai Rp146,6 triliun dan ekuitas sebesar Rp75,61 triliun. Yang patut diapresiasi adalah posisi saldo laba, yang dalam lima tahun terakhir membaik drastis, yakni dari minus Rp15,19 triliun pada 2020 menjadi hanya minus Rp1,5 triliun per April 2025.

Perusahaan juga mencatat arus kas operasi (NOCF) sebesar Rp1,86 triliun, didorong penerimaan dari pelanggan yang melampaui target. Sementara itu, pengeluaran untuk investasi masih terjaga dengan realisasi sekitar 24% dari RKAP. “Kami menjaga ketat pengelolaan arus kas dan pengeluaran investasi, sembari tetap mengupayakan efisiensi di berbagai lini operasional. Hal ini membuat PTPN Group tetap solid di tengah fluktuasi industri dan harga komoditas,” kata Ghani.

Sejak dimulainya restrukturisasi menyeluruh pada 2020, PTPN Group terus memperkuat dirinya melalui integrasi rantai pasok, digitalisasi proses bisnis, serta pembentukan subholding berdasarkan komoditas utama: PalmCo, SugarCo, dan SupportingCo. Langkah ini bukan sekadar pembenahan organisasi, tetapi juga menjadi fondasi kuat bagi akselerasi bisnis jangka panjang.

Diakui Ghani, pihaknya yakin bahwa dengan konsistensi menjalankan transformasi, tata kelola yang semakin baik, serta dukungan seluruh pemangku kepentingan, Holding Perkebunan akan terus tumbuh dan memberi kontribusi nyata bagi ketahanan pangan dan energi nasional.@

Bs/timEGINDO.com

Scroll to Top