Tak Terduga! BI Naikkan Suku Bunga Acuan jadi 6,25%

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan saat konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur di Jakarta, Rabu (21/2/2024).
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan saat konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur di Jakarta, Rabu (21/2/2024).

Jakarta|EGINDO.co Bank Indonesia (BI) akhirnya menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate di level 6,25% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 23-24 April 2024 di saat anjloknya nilai tukar rupiah.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengungkap alasan Dewan Gubernur BI menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate di level 6,25% pada April 2024.

“Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 23 dan 24 April 2024 memutuskan untuk menaikkan BI Rate 25 basis poin menjadi sebesar 6,25%,” ujarnya dalam konferensi pers RDG BI, Rabu (17/1/2024).

Dengan demikian, suku bunga Deposit Facility naik menjadi sebesar 5,50%, dan suku bunga Lending Facility naik menjadi 7,00%.

Baca Juga :  Malaysia-Singapura Negosiasi Mengenai Pembukaan Perbatasan

Perry mengatakan keputusan menaikkan suku bunga untuk memperkuat stabilitas rupiah dari kemungkinan membuturuknya risiko global serta langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap dalam sasaran 2,5±1% pada 2024 dan 2025

“Kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” jelasnya.

Sebagaimana diketahui, BI terakhir kali menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate, yaitu pada Oktober 2024 sebesar 25 basis poin.

Konsensus ekonom yang dihimpun Bloomberg untuk pertama kalinya sejak tahun lalu mulai terpecah. Dari 41 ekonom, 11 di antaranya memperkirakan bank sentral menaikkan BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6,25%.

Dari kalangan dunia usaha, tentu sangat berharap adanya pelonggaran suku bunga acuan dalam rangka mendukung momentum pertumbuhan ekonomi, terutama di sektor riil.

Baca Juga :  eBay Pangkas 1.000 Tenaga Kerja Dan Mengurangi Kontrak

Hasil survei menggarisbawahi bagaimana batasan untuk penurunan suku bunga semakin tinggi di negara-negara berkembang di Asia karena penguatan dollar AS dan guna menghindari risiko mendatangkan ‘malapetaka’ pada mata uang-mata uang di kawasan ini.

Tekanan ini bahkan lebih besar bagi BI, yang mandat utamanya adalah memastikan stabilitas mata uang rupiah dan sangat sensitif terhadap perubahan sentimen investor asing.

“Ada ketidakpastian yang cukup besar mengenai arah suku bunga global, terutama untuk The Fed,” kata Radhika Rao, seorang ekonom di DBS Group Holdings Ltd. dikutip dari Bloomberg, Rabu (24/4/2024).

Ekonom Bank Danamon Irman Faiz memperkirakan suku bunga acuan BI akan dinaikkan sebesar 25 basis poin menjadi 6,25% pada Rapat Dewan Gubernur edisi April 2024.

Baca Juga :  WHO Pelajari Covid-19 Berperan Dalam Misteri Hepatitis Anak

Faiz menilai tekanan eksternal saat ini sulit membawa rupiah menguat jika BI tidak menaikkan suku bunga acuan. Apalagi, ketidakpastian masih tinggi karena konflik di Timur Tengah dan ketidakpastian penurunan suku bunga di AS.

“Cadangan devisa juga sudah turun banyak untuk intervensi. Menurut saya jika tidak diiringi kenaikan bunga, akan berat kedepannya untuk stabilisasi rupiah di kondisi global yang tidak pasti,” katanya, Rabu (24/4/2024).

Sumber: Bisnis.com/Sn

Bagikan :