Jakarta | EGINDO.co – Pada tahun 2030 perkebunan Sawit Rakyat akan mencapai 60%. “Keunggulan kelapa sawit dibanding komoditi pesaing minyak nabati lainnya adalah mempunyai produktivitas yang lebih tinggi, sehingga luas lahan yang digunakan untuk memproduksi minyak sawit lebih sedikit,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam sambutannya pada webinar dengan tema “Perkuat Kemitraan Petani Sawit dengan Pola Terkini untuk Masa Depan Sawit Indonesia Berkelanjutan” Selasa (5/10/2021) di Jakarta.
Dijelaskan untuk menghasilkan 1 ton minyak sawit hanya membutuhkan lahan 0,3 ha, sementara rapeseed oil butuh lahan seluas 1,3 ha, sunflower oil seluas 1,5 ha dan soybean oil seluas 2,2 ha.
Airlangga menilai industri sawit sangat strategis dan Indonesia terus mengembangkan dan menjaga sustainability industri sawit. Pemerintah juga katanya tetap berkomitmen untuk melakukan peremajaan (replanting) sebanyak 540.000 ribu hektar kebun kelapa sawit milik petani sampai dengan tahun 2024.
Adapun tantangan dihadapi minyak sawit Indonesia dalam kompetisi perdagangan minyak nabati dunia semakin kompleks. Sistem Sertifikasi Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil atau ISPO) diharapkan dapat menjadi hal yang bisa diterima secara global.@
Bs/TimEGINDO.co