Jakarta | EGINDO.com – Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat perkembangan positif perdagangan Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon) pada tahun 2025. IDXCarbon mencatat memiliki enam proyek unit karbon yang dapat diperdagangkan. Perkembangan positif di awal tahun 2025 dianggap memberikan harapan besar bagi peningkatan volume transaksi karbon, serta tumbuhnya industri berbasis ekonomi hijau yang mendukung transisi energi dalam negeri.
Dakam keterangan pada Senin (13/1/2025) kemarin, Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik menuturkan, Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 98 Tahun 2021 dan Peraturan Menteri (Permen) Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Nomor 21 Tahun 2022, disebutkan tentang mekanisme otorisasi dari Menteri untuk carbon credit yang dapat diperdagangkan ke pihak asing.
Sebagaimana diketahui, IDXCarbon mencatatkan pencapaian volume perdagangan unit karbon mencapai 1.000.000 ton CO2 ekuivalen (tCO2e) secara kumulatif sejak diluncurkan pada 26 September 2023. Pencapaian ini diikuti oleh pertumbuhan jumlah pengguna jasa IDXCarbon hingga akhir tahun 2024 sejumlah 100 pengguna jasa. “Direncanakan pada tanggal 20 Januari 2025 ini akan dilaksanakan perdagangan perdana untuk carbon credit yang mendapat otorisasi ini. Kementerian LH sedang dalam proses pemberian otorisasi,” kata Jeffrey.
Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, menjelaskan bahwa perdagangan perdana unit karbon yang telah mendapatkan otorisasi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) direncanakan pada 20 Januari 2025. Otorisasi ini mengacu pada Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 98 Tahun 2021 dan Peraturan Menteri LHK Nomor 21 Tahun 2022, yang mengatur mekanisme otorisasi karbon kredit untuk perdagangan internasional. Meskipun Jeffrey belum mengungkapkan volume pasti, ia mengindikasikan proyek-proyek milik grup PLN yang terdaftar di Sistem Registri Nasional (SRN) dan IDXCarbon akan menjadi yang pertama diperdagangkan.
Pada awal 2025, IDXCarbon juga mencatat penambahan tiga proyek unit karbon atau Sertifikat Pengurangan Emisi-Gas Rumah Kaca (SPE-GRK) baru. Ketiga proyek tersebut berasal dari: PT PLN Indonesia Power (PLTGU Priok Blok 4, PLTGU Grati Blok 2, dan PLTM Muara Tawar), dengan total unit karbon mencapai lebih dari 1 juta tCO2e. Semua proyek ini diklasifikasikan sebagai Indonesia Technology Based Solution (IDTBS), yaitu unit karbon berbasis teknologi reduksi emisi dari Indonesia.
Jeffrey menambahkan bahwa pembukaan pasar internasional ini disambut antusias oleh berbagai pihak, termasuk media dan calon pembeli asing. Selain tiga proyek baru, tiga proyek eksisting dari tahun 2024 juga siap diperdagangkan, yaitu dari PT Pertamina Geothermal Energy (Lahendong Unit 5 & 6), PJB Muara Karang (PLTGU Blok 3), dan PLTM Gunung Wugul. Kehadiran enam proyek ini di pasar karbon Indonesia menandai langkah signifikan dalam pengembangan ekonomi hijau dan upaya mitigasi perubahan iklim.@
Bs/fd/timEGINDO.com