Medan|EGINDO.co Tren kenaikan harga tandan buah segar (TBS) bagi petani mitra di Sumatera Utara (Sumut) berakhir pada pekan terakhir bulan ini. Berdasarkan data resmi dari Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunak) Sumut, harga TBS untuk pohon berusia 10–20 tahun turun menjadi Rp3.620,38 per kilogram (kg), menurun sebesar Rp13,82/kg dari harga pekan sebelumnya yang mencapai Rp3.634,21/kg.
Menurut analis pasar Disbunak, Dewiana, pelemahan ini terutama disebabkan oleh turunnya harga crude palm oil (CPO) di pasar global. Rata-rata harga CPO—baik lokal maupun ekspor—menurun menjadi sekitar Rp14.447 per liter, lebih rendah dari harga pekan sebelumnya sebesar Rp14.505,13 per liter. Begitu pula dengan harga kernel, yang turun dari Rp13.526,31 menjadi Rp13.488 per kg. Penetapan harga TBS ini merujuk pada data dari PT Perkebunan Nusantara, GAPKI, serta harga pasar CPO dan kernel, serta mempertimbangkan faktor “K” dan tingkat rendemen (persentase minyak yang berasal dari TBS).
Nilai faktor K yang digunakan bulan ini adalah 92,69 %, sementara rendemen CPO tertinggi diperoleh dari TBS usia 10–20 tahun, yaitu 22,34 %, yang membuat harga umur tersebut menjadi tertinggi dibandingkan usia lainnya. Dewiana juga menegaskan bahwa harga ini berlaku khusus untuk petani mitra Pemprov Sumut dan dapat berbeda di daerah lain tergantung usia tanaman dan kadar rendemen.
Daftar Harga TBS Sumut Periode 27 Agustus – 2 September 2025
Usia Tanaman | Harga (Rp/kg) |
---|---|
3 tahun | 2.802,24 |
4 tahun | 3.069,98 |
5 tahun | 3.256,41 |
6 tahun | 3.348,81 |
7 tahun | 3.377,46 |
8 tahun | 3.469,16 |
9 tahun | 3.533,34 |
10–20 tahun | 3.620,38 |
21 tahun | 3.613,51 |
22 tahun | 3.566,64 |
23 tahun | 3.566,64 |
24 tahun | 3.416,66 |
25 tahun | 3.313,55 |
Menurut Media Reuters, Secara global, analis memproyeksikan bahwa harga CPO berjangka Malaysia akan terus naik di tahun 2025, dengan rata-rata mencapai 4.350 ringgit per ton—sekitar 5,4 % lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya—dipicu oleh kebijakan biodiesel B40 di Indonesia yang menyerap lebih banyak pasokan dalam negeri. Hal ini menunjukkan tren fundamental yang mendukung harga komoditas sawit secara lebih luas, meskipun dalam jangka pendek sempat terjadi koreksi seperti yang terjadi akhir Agustus ini.
Sumber: Bisnis.com/Sn