Suku Bugis Mengenal 5 Jenis Gender

Ada gender selain pria dan wanita di suku Bugis (dok. IDN Times)
Ada gender selain pria dan wanita di suku Bugis (dok. IDN Times)

Jakarta | EGINDO.co – Suku-suku yang ada di Indonesia memiliki budaya dan adat istiadat yang berbeda. Perbedaan-perbedan ini yang membuat Indonesia begitu beragam. Tak jarang, ada suku yang punya adat yang sangat unik, salah satunya suku Bugis.

Jika selama ini kita hanya mengenal 2 jenis gender, yakni pria dan wanita, maka suku Bugis yang ada di Sulawesi Selatan mengenal ada 5 jenis gender. Apa aja?

1. Sekilas tentang suku Bugis

Suku Bugis mendiami sebagian besar wilayah di Sulawesi Selatan, namun kini sudah banyak menyebar ke beberapa daerah lain di Indonesia hingga ke luar negeri seperti Malaysia dan Singapura. Suku Bugis termasuk dalam kategori suku Melayu Deutero yang masuk dari benua Asia ke Nusantara melalui jalur darat dan diyakini nenek moyangnya berasal dari Yunan.

Kata Bugis berasal dari kata “to ugi”, yang artinya orang-orang Ugi. Ugi merupakan nama raja pertama dari kerajaan Cina yang terdapat di Pamanna (saat ini dikenal dengan Kabupaten Wajo), yakni “La Sattumpugi” atau Ugi, di mana orang-orang pada saat itu menyebut diri mereka sebagai pengikut Ugi atau to Ugi.

Baca Juga :  Presiden: Nilai Komoditas Baru Pertanian Sangat Menjanjikan

Selain dikenal sebagai bangsa perantau, orang Bugis sangat menjunjung tinggi harga diri atau yang dikenal dengan konsep “siri”. Ada sebuah pepatah Bugis yang terkenal yang berbunyi, “siri paranreng, nyawa pa lao” yang artinya jika sebuah harga diri telah ternodai, maka nyawa yang akan jadi bayarannya. Maka tidak jarang jika ada pertumpahan darah dalam menyelesaikan perkara jika ada seseorang yang merusak harga diri orang lain. Bahkan di zaman dulu, jika ada anggota keluarga yang melakukan perbuatan tercela hingga memalukan nama keluarga, maka ia harus diusir atau dibunuh.

2. Suku Bugis mengakui 5 jenis gender

Setiap suku memang memiliki keunikan tersendiri, tidak terkecuali masyarakat suku Bugis yang mengakui adanya 5 jenis gender atau para-gender. Selain pria (urakne) dan wanita (makkunrai), jenis gender yang mereka akui adalah calalai, calabai, dan bissu. 

Selain itu, masyarakat Bugis juga mengakui 3 jenis status biologis, yakni laki-laki, perempuan, dan hemafrodit yang memiliki alat kelamin laki-laki dan perempuan.

Baca Juga :  KA Baturaden Ekspress Purwokerto-Bandung Resmi Beroperasi

Yuk, simak penjelasannya!

3. Gender Calalai

Calalai adalah seorang perempuan yang mengambil peran sebagai pria di dalam kesehariannya, misalnya berpakaian seperti pria hingga mengerjakan pekerjaan layaknya pria. Uniknya, seorang calalai tidak akan dinggap sebagai pria dan tidak berharap pula untuk menjadi seorang pria.

4. Gender Calabai

Kemudian ada yang disebut dengan calabaiyakni kebalikannya dari calalai, di mana seorang pria yang menyerupai wanita. Sama halnya seperti calalai, dimana seorang calabai tidak dianggap sebagai wanita. Dalam kesehariannya, seorang calabai merupakan orang yang ahli dalam mengatur pernikahan.

5. Gender Bissu

Gender yang terakhir adalah bissu. Bissu merupakan perpaduan dari laki-laki dan perempuan. Bissu merupakan sosok spiritual yang dipercaya dapat menghubungkan manusia dan dewa. Untuk menjadi seorang bissu, seseorang bisa saja terlahir sebagai laki-laki maupun perempuan.

Kombinasi gender tersebut memiliki makna filosofis yang mengacu pada naskah klasik La Galigo. Pada naskah tersebut memuat makna simbolik dimana seorang manusia sempurna sebagai penyelamat masyarakat didahului dengan simbol wanita lalu kemudian simbol pria. Secara harfiah, dapat diartikan bahwa  manusia sempurna adalah manusia yang memiliki unsur wanita dan pria secara seimbang dalam dirinya.

Baca Juga :  KA Bandara Jadi Alternatif Transportasi Penumpang Yogya

Seorang bissu kerap ditemui dengan memakai badi’ (pisau) yang layaknya dikenakan laki-laki, namun pada saat yang sama memakai bunga di rambutnya layaknya perempuan. Peran bissu  di masyarakat adalah untuk memberikan berkah pada kegiatan masyarakat. Biasanya masyarakat meminta berkah kepada bissu saat sebelum mulai menanam padi atau panen.

Artikel ini tidak bermaksud untuk membenarkan atau menyalahkan gender seseorang. Melainkan untuk menunjukkan bahwa di dalam ternyata perbedaan gender tidak lantas menjadi hambatan untuk bersikap toleran kepada satu sama lain bagi masyarakat suku Bugis. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari, peran masing-masing sangat dibutuhkan.

Semoga dengan terus mempelajari berbagai kearifan lokal dari berbagai suku di Indonesia, kita bisa mengambil semangat toleransi demi keutuhan bangsa kita tercinta ini.

 

 

 

Sumber : IDN Times

 

 

Bagikan :
Scroll to Top