Jakarta | EGINDO.co – Suku Baduy adalah salah satu suku di Indonesia yang terkenal mengisolasikan diri dari dunia luar. Namun ada fakta yang tidak kalah menarik, Suku Baduy ternyata tidak pernah dijajah.
Orang Baduy adalah salah satu suku yang tak pernah tersentuh kolonialisme. Mereka bebas dari jajahan. Bentang alam yang menantang ternyata menjadi salah satu hal menguntungkan Suku Baduy.
Bukan hanya karena bentang alam yang sulit, ternyata ada cerita tentang Baduy Empat Puluh. Pada masa penjajahan, tersiar kabar bahwa penduduk Baduy hanya berjumlah empat puluh orang saja, maka dari itu para penjajah enggan untuk menyambangi mereka.
Jauh di dalam perbukitan Desa Kanekes, Leuwidamar, Lebak, Banten, Suku Baduy Dalam berdiam dalam harmonisnya hubungan antara manusia dan alam. Sepuluh kilo meter berjalan mendaki dan menuruni bukit adalah akses yang harus mereka tempuh untuk pulang ke rumah atau minimal melihat keramaian di Desa Cibolegar.
Seperti kita tahu, Suku Baduy sendiri dibagi menjadi dua, yakni Baduy Luar dan Baduy Dalam. Berbeda dengan Orang Baduy Luar yang sudah boleh menikmati kemodernan dalam batas tertentu, Orang Baduy dalam dikenal sebagai suku yang menolak modernisasi.
Listrik, segala jenis detergen, alat telekomunikasi hingga alat transportasi adalah hal-hal yang tidak diperbolehkan hadir di desa mereka. Sederhana dan secukupnya sesuai aturan adat adalah prinsip hidup utama yang selalu dijunjung tinggi. Tak heran ketika kita memasuki salah satu desa di Baduy Dalam, kehidupan seperti dikembalikan ke masa kerajaan, persis seperti pada setting sebuah film kolosal.Â
Saat diberikan kesempatan bertanya jawab dengan Kang Safri, salah satu pemandu wisata, diketahui bahwa fakta tentang masyarakat Baduy Dalam yang tak pernah tersentuh penjajah sangat menarik. Itu artinya kebudayaan yang diturunkan dan dijaga adalah kebudayaan asli tanpa intervensi pihak manapun.
Â
Salah satu hal yang membuktikannya adalah sistem kepercayaan yang mereka anut, yakni Sunda Wiwitan. Meskipun tak banyak yang paham mengenai sistem kepercayaan ini, paling tidak keberadaannya diakui oleh pemerintah. Hal ini terlihat di kartu penduduk mereka. Masyarakat Baduy diberi hak istimewa untuk mengosongkan kolom agama di Kartu Tanda Penduduk Mereka.
Dulu, kehidupan masyarakat Baduy Dalam benar-benar tak terjamah. Alasannya adalah mereka masih takut dengan kolonialisme dan komunisme yang kala itu menjadi hal besar di Indonesia. Sampai akhirnya pada tahun 1998 mereka mulai membuka diri terhadap orang dari luar Baduy. Pengunjung-pengunjung pun mulai berdatangan. Bahkan saat ini banyak sekali pihak yang membuka jasa wisata untuk mengunjungi mereka.
Â
Baduy Dalam adalah tempat yang sangat layak dikunjungi, terutama ketika kita ingin melihat kebudayaan yang benar-benar asli dari salah satu suku di Indonesia. Namun, kita tidak akan bisa menikmati keindahan dan kesahajaan mereka tanpa datang langsung ke sana.
Jika penasaran, sekarang ini banyak sekali penyedia jasa wisata yang membuka trip mengunjungi masyarakat Baduy Dalam. Tapi untuk ke sana, siapkan fisik yang betul-betul prima. Jangan lupa pula untuk mematuhi segala aturan yang ada karena tamu yang terhormat adalah mereka yang mampu menghormati tuan rumahnya.
Â
Sumber : Detik