Jakarta | EGINDO.co – Belantara Foundation menyelenggarakan kegiatan bertajuk Pameran Konservasi Indonesia Maju: Konservasi untuk Kini dan Masa Depan Generasi pada 9-10 September 2023 di Mall Sarinah, Jakarta.
Pameran diselingi talkshow yang diselenggarakan atas kolaborasi dengan Forum HarimauKita (FHK), Forum Konservasi Gajah Indonesia (FKGI), Forum Konservasi Orangutan Indonesia (FORINA), Eat & Run, Biologeek, dan organisasi penggiat konservasi satwa liar lainnya serta didukung oleh APP Sinarmas, PT Sharp Electronics Indonesia dan Pristine.
EGINDO.co mengutip dari laman resmi APP Sinarmas melansir bahwa kegiatan talkshow mengangkat tema Aksi Generasi Muda Dalam Pelestarian Satwa Liar di Indonesia. Dengan subtema talkshow hari ke-1 pada 9 September 2023 yaitu Peran Multipihak dalam Pelestarian Satwa Liar di Indonesia dan subtema talkshow hari ke 2 pada 10 September 2023 yaitu Mencintai Satwa Liar Tidak Harus Memiliki.
Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dr. Dolly Priatna pada sambutannya di acara pembukaan mengatakan bahwa acara Muda Mudi Konservasi ini merupakan gerakan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman publik khususnya generasi muda akan pentingnya pelestarian keanekaragaman hayati dan satwa liar beserta habitatnya di Indonesia.
Sementara itu sebagai sponsor utama pameran ini, Chief Sustainability Officer APP Sinarmas, Elim Sritaba mengatakan pihaknya sejak tahun 2013 sudah menerapkan Kebijakan Konservasi Hutan atau Forest Conservation Policy (FCP) yang diimplementasikan di seluruh rantai pasok usaha pulp dan kertas APP Sinarmas.
Salah satunya dengan melakukan kajian dan mengelola areal-areal High Conservation Value (HCV) dan High Carbon Stock (HCS) di dalam operasional Hutan Tanaman Industrinya. Jadi, kegiatan pameran ini sangat sejalan dengan implementasi kebijakan FCP.
“APP Sinar Mas berkomitmen turut serta melindungi keanekaragaman hayati yang berada di lokasi operasional kami dengan menjalankan berbagai upaya mitigasi, perlindungan dan juga peningkatan kapasitas termasuk bekerja sama dengan para pemangku kepentingan mendukung program pemerintah dibawah kepemimpinan KLHK,” kata Elim menehaskan.
Kepala Divisi Profesi Asosiasi Dokter Hewan Satwa Liar, Akuatik, dan Hewan Eksotik Indonesia (ASLIQEWAN), drh. Nur Purba Priambada, menyebutkan bahwa memelihara satwa liar itu bertentangan dengan kesejahteraan satwa, yang mana berpotensi membuat satwa stres, sakit, dan mudah tertular penyakit. Terutama penyakit zoonosis (penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia dan sebaliknya). Perlu diingat dalam sejarah umat manusia bahwa mayoritas wabah penyakit mematikan yang terjadi adalah penyakit zoonosis seperti rabies, pes, flu burung, ebola, anthrax, SARS, hingga COVID-19.
“Sudah saatnya masyarakat stop menormalisasi aktivitas pemeliharaan satwa liar demi menjaga keseimbangan ekosistem serta keberlanjutan dan kelestarian alam, untuk kehidupan manusia yang lebih baik”, kata drh. Purbo, panggilan akrabnya.
Pelibatan masyarakat khususnya generasi muda merupakan kunci bagi keberhasilan pelestarian satwa liar beserta habitatnya. Generasi muda memainkan peran penting sebagai tombak perubahan. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan terlibat aktif dalam mendukung perubahan di lingkungan masyarakat menuju arah yang lebih baik.
Tidak hanya itu, aksi tak kalah penting yang perlu dilakukan adalah tidak menjadikan satwa liar sebagai hewan peliharaan. Gerakan ini dapat memberikan motivasi dan inspirasi kepada masyarakat khususnya generasi muda agar terlibat lebih aktif dalam pelestarian satwa liar dan habitatnya di sekitar mereka.
Turut hadir tokoh publik dan praktisi konservasi satwa liar sebagai narasumber yang memiliki pengalaman dan terlibat aktif dalam penyadartahuan (awareness), edukasi dan kampanye pelestarian satwa liar beserta habitatnya di Indonesia yaitu TuanTigaBelas, musisi (rapper); Fade2Black, BOSF Awareness Campaigner; Gita Syahrani, Penggiat Gotong Royong – Kepala Sekretariat Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) 2017 – 2023; drh. Nur Purba Priambada (vet), Kepala Divisi Profesi ASLIQEWAN, Davina Veronica, BOSF Awareness Campaigner; dan Ramon Y.Tungka, Explorer & Environmentalist.@
App/fd/timEGINDO.co