Shimao China Hadapi Tuntutan Likuidasi, Gagal Bayar Pinjaman US$202 Juta

Shimao Group - China
Shimao Group - China

Beijing | EGINDO.co – Shimao Group mengatakan pada hari Senin (8 April) bahwa China Construction Bank (Asia) telah mengajukan gugatan likuidasi terhadap pengembang Tiongkok tersebut atas kewajiban keuangan sebesar HK$1.579,5 juta (US$201,75 juta).

Shimao mengatakan dalam pengajuan bursa Hong Kong bahwa pihaknya akan “dengan keras” menentang gugatan tersebut dan melanjutkan rencana yang diusulkan untuk merestrukturisasi utang luar negeri senilai US$11,7 miliar, dengan tujuan memotongnya sebesar 60 persen.

“Perusahaan berpandangan bahwa Permohonan tidak mewakili kepentingan kolektif para kreditur luar negeri perusahaan dan pemangku kepentingan lainnya,” kata Shimao dalam pengajuannya.

China Construction Bank tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Petisi likuidasi tersebut muncul setelah tindakan serupa dilakukan kreditor terhadap raksasa sektor properti China Evergrande Group dan Country Garden.

Baca Juga :  China Desak AS Untuk Berhenti Dukung Provokasi Filipina

Sektor properti Tiongkok telah berada dalam krisis sejak tahun 2021 setelah tindakan keras peraturan terhadap leverage yang tinggi di kalangan pengembang memicu krisis likuiditas.

Otoritas Tiongkok belum mengeluarkan stimulus besar-besaran untuk mendukung pengembang, melainkan mengadopsi serangkaian langkah bertahap yang bertujuan untuk menghidupkan kembali sektor ini.

Shimao yang berbasis di Shanghai termasuk di antara banyak pengembang Tiongkok yang gagal membayar obligasi luar negeri, setelah gagal membayar bunga dan pokok obligasi luar negeri senilai US$1 miliar pada Juli 2022. Setelah gagal membayar, seluruh utang luar negeri senilai US$11,7 miliar dalam keadaan default.

Shimao pada bulan Maret menguraikan persyaratan restrukturisasi utang secara rinci.

Baca Juga :  China Setuju Perluasan Pabrik Batubara Meski Ada Janji Emisi

Sekelompok pemegang obligasi besar telah menyatakan penolakannya terhadap rencana restrukturisasi Shimao, yang menurut sumber Reuters disebabkan oleh besarnya kerugian yang akan dihadapi kreditor dan kurangnya pembayaran di muka.

Shimao akan memerlukan persetujuan lebih dari 75 persen nilai kreditur untuk meloloskan proposal restrukturisasinya. Kelompok pemegang obligasi ad-hoc ini memegang lebih dari 25 persen obligasi Shimao yang beredar senilai US$6,8 miliar dolar.

Sumber : CNA/SL

Bagikan :
Scroll to Top