Setelah Idul Fitri, Puasa Enam, Menyempurnakan Pola Makan dan Minum

Fadmin Malau
Fadmin Malau

Oleh: Fadmin Malau

RASULULLAH Muhammad Saw bersabda yang artinya, “Sesungguhnya apabila orang yang sedang berpuasa berada di tengah-tengah orang-orang berbuka, maka seluruh anggota tubuhnya bertasbih kepada Allah, serta para malaikat mendoakannya: Ya Allah, ampunilah segala dosa dan kesalahannya serta sayangilah dia.” (HR. Ibnu Majah).

Hadist Nabi Muhammad Saw ini untuk orang yang melaksanakan ibadah puasa enam di Bulan Syawal ketika umat Islam di sekelilingnya sedang makan dan minum. Tantangannya jelas lebih berat maka wajar mendapat pahala sama dengan pahala berpuasa selama setahun. Puasa enam hari di Bulan Syawal hukumnya sunnat akan tetapi sangat baik dilakukan karena sangat banyak manfaatnya, bukan saja pahala yang diperoleh tetapi terbukti secara medis dapat menyempurnakan kesehatan mereka yang telah melaksanakan ibadah puasa sebulan penuh di Bulan Ramadhan.

Hadist Rasullullah Muhammad Saw yang artinya, “Barangsiapa yang berpuasa pada Bulan Ramadhan, kemudian diikuti enam hari pada Bulan Syawal, maka pahalanya sama dengan puasa satu tahun.”

Hadist Rasullullah Muhammad Saw ini menegaskan pahalanya sama dengan pahala satu tahun berpuasa. Puasa sunnat enam hari pada Bulan Syawal bisa dilaksanakan berurutan (tidak terputus-putus) boleh juga tidak berurutan yang penting enam hari berpuasa di Bulan Syawal. Disaping puasa enam hari di Bulan Syawal pahalanya sama dengan pahala puasa selama satu tahun maka orang yang berpuasa di Bulan Ramadhan berhak mendapat ampunan (maghfirah) dari Allah Swt dan orang yang melaksanakan puasa sunnat enam hari di Bulan Syawal akan terjaga dari dosa selama setahun.

Manfaat Bagi Kesehatan

Puasa enam hari pada Bulan Syawal atau setelah hari pertama tidak berpuasa pada Bulan Syawal ternyata bukan saja mendapat pahala sama dengan berpuasa selama satu tahun dan semua anggota tubuh bertasbih kepada Allah Swt juga puasa enam di Bulan Syawal dapat menyehatkan tubuh.

Baca Juga :  Rakerwil MLH PWM Sumut, Djihadul: Fokus pada Tiga Program

Berdasarkan medis ternyata setelah satu bulan penuh berpuasa di Bulan Ramadhan harus ada masa transisi (peralihan) bagi tubuh agar kesehatan yang telah diperoleh dengan berpuasa satu bulan penuh di Bulan Ramadhan disempurnakan dengan melakukan puasa selama enam hari di Bulan Syawal. Melaksanakan ibadah puasa enam hari di Bulan Syawal dapat menjaga kesehatan karena menyempurnakan pola makan dan minum yang telah dilakukan selama satu bulan di Bulan Ramadhan. Artinya, dengan berpuasa enam hari di Bulan Syawal maka akan terhindar dari perilaku pola makan yang tidak seimbang.

Subhannallah. Kebiasaan makan yang tidak baik seperti banyak mengkonsumsi berbagai kue kering yang cantik tersaji di meja tamu bisa dihindari. Puasa enam hari di Bulan Syawal akan mengatur kembali jadwal makan yang sesungguhnya. Ketika berpuasa selama satu bulan di Bulan Ramadhan telah menyehatkan tubuh maka ketika berpuasa di Bulan Syawal akan menyempurnakan kesehatan tubuh meskipun puasa enam hari di Bulan Syawal bukan puasa wajib.

Puasa selama enam hari di Bulan Syawal setelah berpuasa selama satu bulan penuh di Bulan Ramadhan menjadi masa transisi (pengalihan) guna menyempurnakan kesehatan tubuh yang telah diperoleh selama berpuasa di Bulan Ramadhan. Dari segi medis, puasa enam hari di Bulan Syawal sangat dianjurkan karena menjadi masa transisi dari berpuasa sebulan menjadi tidak berpuasa. Puasa enam hari di Bulan Syawal menjadi masa transisi untuk menyempurnakan kesehatan yang diperoleh selama satu bulan penuh melaksanakan puasa di Bulan Ramadhan. Hal ini telah terbukti secara medis bahwa selama berpuasa di Bulan Ramadhan, sistem pencernaan sudah dalam kondisi baik yakni sudah dikondisikan bekerja lebih lambat dari biasanya karena ada perubahan pola makan selama satu bulan di Bulan Ramadhan.

Baca Juga :  Tembakau Deli, Jadi Simbol Publik Dalam Sejarah Kota Medan

Selama berpuasa satu bulan di Bulan Ramadhan, tidak melakukan makan dan minum di siang hari atau tidak ada makanan yang diolah oleh lambung di siang hari dan jenis makanan yang dikonsumsi di malam hari selama bulan puasa cenderung lembut serta kondisi lambung tenang, tidak bekerja ekstra. Lantas, ketika Hari Raya Lebaran hal itu tidak dilakukan lagi, terjadi perubahan pola makan yang draktis.

Hal ini sangat berbahaya bila terjadi perubahan ekstrim (draktis) di lambung maka agar perut tidak mengalami perubahan draktis dibutuhkan masa transisi yakni dengan melakukan puasa enam hari di Bulan Syawal. Secara medis, masa transisi memerlukan waktu tiga hari hingga satu minggu agar sistem pencernaan yang sudah baik akan terus baik.

Artinya, minimal tiga hari setelah tidak berpuasa lagi atau seminggu maka tepat Hadist Nabi Muhammad Saw puasa enam hari di Bulan Syawal. Selanjutnya secara medis dianjurkan memilih makanan lembut dan jumlah atau porsi makanan yang dikonsumsi harus disesuaikan dengan kondisi lambung yang baru selesai berpuasa agar diperoleh kesempurnaan dari sistem pencernaan.

Menurunnya kondisi kesehatan banyak terjadi karena disebabkan kesalahan pola makan. Biasanya saat Hari Raya Idul Fitri sering dikeluhkan banyak orang kambuhnya asam urat dan ketika diperiksa ternyata akibat terlalu banyak mengkonsumsi makanan jeroan, daging, santan, makanan berlemak yang membuat sakit pada sendi. Pada saat Hari Raya Idul Fitri banyak orang meningkat kadar trigliserida atau kolesterol disebabkan ternyata terlalu banyak mengkonsumsi makanan manis berasal dari kue kering.

Baca Juga :  Pekerja Migran Tingalkan Bangladesh Saat Lockdown Diperketat

Faktanya kue kering pada Hari Raya Idul Fitri umumnya dari bahan keju, telur yang mengandung lemak maka bagi penderita penyakit asam urat akan kambuh. Begitu juga dengan penderita penyakit diabetes. Minuman disajikan pada saat Hari Raya Idul Fitri umumnya sirup dan minuman bersoda maka penyakit yang sering kambuh pada Hari Raya Idul Fitri adalah diare. Pola makan dan jenis makanan yang dikonsumsi ketika berpuasa selama satu bulan di Bulan Ramadhan sangat berbeda dengan jenis makanan yang dikonsumsi ketika Hari Raya Idul Fitri.

Kemudian akibat pola makan dan jenis makanan yang dimakan pada saat Hari Raya Idul Fitri membuat banyak orang kondisi tubuhnya menurun maka puasa ena hari di Bulan Syawal adalah jawabannya. Manfaat puasa enam hari di Bulan Syawal setelah berpuasa selama satu bulan di Bulan Ramadhan, kemudian puasa enam hari di Bulan Syawal, pahalanya sama dengan puasa satu tahun. Lantas orang yang sedang berpuasa berada di tengah-tengah orang-orang berbuka, maka seluruh anggota tubuhnya bertasbih kepada Allah, serta para malaikat mendoakannya: Ya Allah, ampunilah segala dosa dan kesalahannya serta sayangilah dia sangat tepat. Subhannallah. Ternyata terbukti secara medis puasa enam hari di Bulan Syawal dapat menyempurnakan kesehatan orang yang telah berpuasa satu bulan di Bulan Ramadhan.

***

 Penulis Wakil ketua Majelis Lingkungan Hidup PD. Muhammadiyah kota Medan, mantan Bendahara Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Bagikan :
Scroll to Top