Jakarta | EGINDO.com – Serikat Buruh akan menggelar aksi besar-besaran di seluruh Indonesia, PHK massal meluas. Data dari Litbang Partai Buruh dan Koalisi Serikat Pekerja Partai Buruh (KSP-PB) menunjukkan lonjakan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal sepanjang awal tahun 2025. Dalam periode Januari hingga Maret 2025, tercatat sebanyak 60.000 buruh kehilangan pekerjaan dari 40 perusahaan. Angka ini meningkat tajam per April 2025, dengan 80 perusahaan melakukan PHK terhadap 70.000 buruh.
Presiden Partai Buruh sekaligus Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Said Iqbal, mempertanyakan tentang perbedaan data PHK yang disampaikan oleh Menteri Ketenagakerjaan. Menurutnya, data pemerintah tidak mencerminkan situasi riil yang terjadi di lapangan. “Dalam rapat bersama Komisi IX DPR RI, Menaker menyebutkan bahwa jumlah pekerja yang terkena PHK dari Januari hingga April 2025 hanya 26.000 orang. Pernyataan ini bertolak belakang dengan data-data yang ada,” ujar Said Iqbal dalam keterangan resminya, pada Senin (26/5/2025) lalu.
Iqbal memaparkan data lain yang mendukung bahwa jumlah PHK jauh lebih besar. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat peningkatan angka pengangguran sebesar 80.000 orang, yang menurut definisinya termasuk mereka yang bekerja kurang dari satu jam per minggu. Sedangkan Apindo dan BPJS Ketenagakerjaan mencatat sebanyak 73.000 orang mencairkan Jaminan Hari Tua (JHT) selama Januari hingga April 2025 dimana pencairan JHT mensyaratkan status PHK.
Selain itu, sebanyak 52.000 buruh telah menerima Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP) dalam periode yang sama. Menurut Iqbal, ini menjadi indikator kuat bahwa jumlah buruh yang terkena PHK sebenarnya jauh lebih tinggi. Mengapa data Kemnaker hanya 26.000?.@
Bs/timEGINDO.com