Oleh: Fadmin Malau
Seratus tahun bukan waktu yang singkat bagi Eka Tjipta Widjaja dengan nama asli Oei Ek Tjhong untuk keberhasilan Pulp (bubur kertas) dan Paper (kertas) Indonesia. Berhasil karena kini berada pada posisi 10 (sepuluh) besar produsen pulp and paper terbesar di dunia. Industri pulp dan kertas Indonesia memiliki kapasitas produksi kertas sebesar 16 juta ton per tahun dan pulp sebesar 11 juta ton per tahun dengan pasar kawasan Asia yakni China, Korea Selatan, India, Arab Saudi dan Jepang.
Bila bicara Pulp and Paper di Indonesia maka tersebut nama Eka Tjipta Widjaja yang lahir di China pada 3 Oktober 1923. Datang ke Indonesia pada usia 9 tahun bersama ibunya untuk menyusul sang ayah yang telah dahulu berada di Indonesia dan bermukim di Makassar Provinsi Selawesi Selatan.
Eka Tjipta dan keluarganya menetap di Makassar dan Eka Tjipta membantu ayahnya berjualan untuk membayar hutang kepada renternir yang dipinjam sebagai modal datang ke Indonesia. Bersama ayahnya, Eka Tjipta bekerja keras, berjualan di toko selama dua tahun berhasil melunasi utang utang sang ayah.
Tidak ada pilihan lain harus bekerja keras karena Eka Tjipta Widjaja hanya lulusan sekolah dasar di Makassar, hal itu karena hidup serba kekurangan. Untuk itu Eka Tjipta dengan gigih membantu orangtuanya berjualan yang dimulai di Kota Makassar. Eka Tjipta berjualan permen, kue dan berbagai barang yang ada di toko ayahnya dengan cara bersepeda berkeliling Kota Makassar.
Bermodalkan keuletan dan kegigihan meskipun waktu itu Eka Tjipta masih berusia 15 tahun. Tidak ada kata menyerah, pantang menyerah bagi Eka Tjipta, terus berusaha mendapatkan pemasok kembang gula dan biscuit.
Kondisi alam bukan penghalang baginya seperti jalan rusak dan harus melewati hutan rimba dengan bersepeda. Tantangan juga datang sebab penyedia barang tidak percaya begitu saja, Eka Tjipta terpaksa harus membayar dulu barang baru dapat dibawa pulang.
Berkat kerja keras dan pantang menyerah keberhasilan diraihnya. Dalam hitungan bulan Eka Tjipta yang dulu menggunakan sepeda akhirnya membeli becak untuk menjajakan barang dagangannya.
Kala itu Indonesia belum merdeka, Jepang masih berkuasa di Indonesia. Kondisi satu bangsa yang sedang dijajah sangat mempengaruhi usaha Eka Tjipta Widjaja, kondisi yang keamanan yang tidak stabil, tidak aman itu membuat usahanya yang mulai berkembang kemudian hancur. Hal itu karena pasukan Jepang datang menyerbu Kota Makassar.
Eka Tjipta Widjaja tidak putus asa, tantangan datang menghadang tetapi Eka Tjipta melihat dalam tantangan itu ada peluang yakni di Paotere yakni daerah pinggiran Makassar. Pasalnya, di daerah itu truk-truk tentara Jepang membuang Tepung, Semen dan Gula yang masih ada dalam kondisi baik.
Seorang Eka Tjipta melihat itu adalah peluang. Muncul tantangan, bagaimana caranya mendekati tentara Jepang agar bisa meraih peluang itu. Eka Tjipta berjualan makanan dan minuman di lokasi tentara Jepang yang membuang Tepung, Semen dan Gula.
Peluangnya, dengan berjualan makanan dan minuman, Eka Tjipta bisa dekat dengan tentara Jepang dan memiliki peluang untuk melobby tentara Jepang agar Tepung, Semen dan Gula yang dibuang itu bisa diberi kepadanya. Berkat pendekatan, lobby yang baik akhirnya oleh pimpinan tentara Jepang mengizinkan Eka Tjipta Widjaja untuk mengambil Tepung, Semen dan Gula yang dibuang itu untuk dirinya. Bersama anak-anak kampung Eka Tjipta Widaja membawa barang-barang tersebut ke rumahnya dan jadilah dia sebagai kontraktor pembuat kuburan orang kaya sebab sudah memiliki banyak semen, besi dan beton.
Akibat bahan baku habis, Eka Tjipta Widaja harus berhenti menjadi kontraktor pembuat kuburan orang kaya. Dari keuntungan sebagai kontraktor itu Eka Tjipta Widjaja menjadi pedagang kopra. Dalam usia yang sangat muda, Eka Tjipta Widjaja sesungguhnya sudah menjadi entrepreneurs yang pada zaman itu belum ada yang seusianya.
Jiwa entrepreneurs muncul dengan berdagang kopra. Eka Tjipta Widjaja berlayar berhari-hari ke Selayar atau daerah Sulawesi Selatan dan daerah daerah sentra kopra agar mendapatkan kopra yang harganya murah.
Usaha Eka Tjipta Widjaja mulai berhasil. Namun, keadaan bangsa Indonesia yang kala itu masih dijajah Jepang, usaha Eka Tjipta Widjaja kembali mendapat tantangan. Jepang mengeluarkan aturan berdagang kopra yang membuat usaha Eka Tjipta Widjaja mengalami kerugian dan tidak mampu untuk bertahan melanjutkan berdagang kopra.
Tidak ada pilihan lain, Eka Tjipta Widjaja berdagang gula, teng-teng, wijen dan kembang gula. Namun, lagi lagi kondisi yang kurang menguntungkan, harga gula anjlok. Usaha Eka Tjipta Widjaja sulit menciptakan keuntungan, akan tetapi sebaliknya kerugian yang diperolehnya.
Ketika Indonesia merdeka, kondisi perekonomian Indonesia mulai bangkit. Jiwa seorang entrepreneurs terus membara. Eka Tjipta Widjaja membeli lahan di Provinsi Riau untuk membuat kebun Kelapa Sawit dan mendirikan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) pada tahun 1980-an.
Perkebunan Kelapa Sawit berkembang hingga puluhan ribu hektar. Bisnis perkebunan Kelapa Sawit dan PKS berkembang pesat. Jiwa entrepreneurs Eka Tjipta Widjaja yang sudah ada sejak usia muda terus bergelora. Eka Tjipta menciptakan perkebunan Teh dan membangun pabrik Teh dengan luas mencapai 1000 hektar dan pabrik yang memiliki kapasitas 20 ribu ton teh.
Dari dua usaha komoditi perkebunan yakni Kelapa Sawit dan Teh yang pada tahun 1980-an adalah komoditi andalan Indonesia itu, Eka Tjipta mengembangkan usahanya dengan mendirikan bank. Bisnis Bank yang didirikannya dengan membeli Bank Internasional Indonesia mendukung dua unit usaha miliknya.
Tiga usaha yang dikelola Eka Tjipta Widjaja, berkembang pesat asset triliun rupiah. Eka Tjipta Widjaja kembali membuka usaha yang masih dalam dunia pertanian akan tetapi untuk hilir yakni usaha bergerak dalam bisnis kertas.
Eka Tjipta Widjaja kala itu membeli PT. Indah Kiat. Sama dengan usaha sebelumnya yakni perkebunan Kelapa Sawit dengan Pabrik Kelapa Sawit dan Perkebunan Teh dengan Pabrik Teh berkembang kini pabrik kertas yang dibelinya juga berkembang.
Perlu menjadi catatan penting, keberhasilan Eka Tjipta Widjaja menjadi seorang entrepreneurs berkat kegigihan, keuletan dan jiwa pantang menyerah dengan keadaan. Prinsipnya setiap tantangan yang menghadang pasti ada peluang. Tantangan selalu datang dengan menawarkan peluang maka tergantung bagaimana cara menyikapi tantangan yang ada untuk mengambil peluang yang ada.
Kemudian, keberhasilan Eka Tjipta Widjaja menjalankan usahanya berkat dari dukungan keluarga besarnya. Eka Tjipta Widjaja memiliki prinsip hidup yang konsisten dan kuat yakni dalam tantangan pasti ada peluang. Terus dan terus mencari peluang dalam tantangan yang dihadapi.
Bagi Eka Tjipta dalam kesulitan apapun yang dihadapi dalam menjalankan bisnis, asal punya keinginan untuk berjuang, pasti semua kesulitan itu dapat diatasi. Untuk mewujudkan prinsip hidupnya itu harus berlaku jujur, menjaga kredibilitas, bertanggungjawab, baik terhadap keluarga, pekerjaan dan lingkungan sekitar. Dalam menjalani itu harus hemat bukan pelit atau kikir. Hidup hemat adalah hidup yang tidak berfoya-foya, tidak hura-hura.
Prinsipnya bila hidup hemat, tidak berfoya-foya maka uang untuk berpoya-poya itu dapat membantu orang lain yang membutuhkannya. Prinsip hidup hemat dapat berusaha membantu orang lain yang membutuhkan bantuan dengan nama kemanusiaan atau sesama manusia. Eka Tjipta Widjaja yakin dengan “menanam kebaikan maka akan menuai kesejahteraan” atau “good deeds create good seeds”
Kini, seratus Tahun Eka Tjipta Widjaja untuk Pulp and Paper Indonesia. Artinya lewat produksi pulp dan kertas Indonesia dikenal dunia. Produksi Pulp dan Kertas itu lewat unit usaha Asia Pulp and Paper (APP) yang kini menjadi produsen kertas dan bubur kertas terbesar kedua di dunia.
Wajar karena APP memiliki kapasitas produksi sebesar 12 juta ton per tahun dengan serapan tenaga kerja sebanyak 70.000 orang dan produknya menjangkau 120 negara pada 6 benua. Asia Pulp & Paper, berbasis di Jakarta yang didirikan Eka Tjipta Widjaja bersama Singgih Wahab Kwik (Kowik) dengan 14 pabrik besar di Indonesia, Tiongkok dan Kanada memiliki kapasitas produksi bubur gabungan, kertas dan kemasan-grade tahunan yang lebih dari 18 juta ton per tahun.
Sejarahnya, Asia Pulp & Paper berdiri tahun 1972, bermula ketika perusahaan Tjiwi Kimia sebagai produsen soda kaustik. Kemudian tahun 1978, Tjiwi Kimia memulai produksi kertas sebanyak 12.000 ton/tahun.
Lalu selanjutnya, bulan Desember 1976, Indah Kiat membentuk perusahaan patungan antara CV Berkat (perusahaan Indonesia), Chung Hwa Pulp Corporation dan Yuen Foong Yu Paper Manufacturing Company Ltd. dari Taiwan, lalu April 1979, mesin pabrik kertas 1 dan 2 milik Indah Kiat Tangerang mulai memproduksi kertas dari kayu sebanyak 100 ton/hari. Selanjutnya Maret 1984, mesin pabrik kertas 1 milik Indah Kiat Perawang mulai memproduksi kayu bubur kertas kraft putih dengan kapasitas awal 250 ton/hari.
Akhirnya, bulan Mei 1986, Sinarmas Group mengakuisisi 67% dari total saham Indah Kiat atas perintah Singgih Wahab Kwik (Kowik). Chung Hwa dan Yuen Foong Yu memiliki 23% dan 10% saham masing-masing. Setahun kemudian tahun 1987, mesin coating cor pertama dipasang di Tjiwi Kimia dan bulan April 1990 Tjiwi Kimia resmi mulai diperdagangkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya.
Sejak April 1990 masuk Bursa Efek Jakarta dan Surabaya lalu pada tahun 1991 mesin pabrik kertas 9 milik Tjiwi Kimia mulai beroperasi dengan kapasitas produksi tahunan sebesar 207.000 ton dan tahun berikutnya, Indah Kiat mengakuisisi PT Sinar Dunia Makmur, industri produsen kertas yang berlokasi di Serang dengan kapasitas produksi 900 ton/hari.
Tidak sampai disitu, Tjiwi Kimia memproduksi tanaman kertas tanpa karbon pada Maret 1993 sebagai percobaan. Pasalnya, Februari 1994 perusahaan Pindo Deli dibawah pengawasan Asia Pulp and Paper telah mulai beroperasi dengan kapasitas produksi 240.000 ton per tahun dan tahun 1998, mulai memproduksi tissue di Pindo Deli dengan kapasitas produksi tahunan sebesar 400.000 ton per tahun.
Sebelumnya pada tahun 1992, APP-China melakukan investasi di Cina dengan penekanan pada Yangtze dan Pearl River Deltas. Mesin kertas APP-China kini ada berlokasi di Ningbo Zhonghua, Goldeast Paper, Ningbo Asia, Gold Huasheng, Gold Hongye, Hainan Jinhai Pulp and Paper, dan Guangxi Jingui Pulp & Paper. Akhirnya, APP-China terdaftar di Singapura pada Oktober 1994. APP-China mempekerjakan lebih dari 37.000 orang dan menciptakan 5.000 pekerjaan baru (data tahun 2009).
Kini, telah seabad, seratus tahun Eka Tjipta Widjaja untuk Pulp and Paper Indonesia. Eka Tjipta Widjaja membangun Sinarmas untuk Indonesia. Eka Tjipta Widjaja berkontribusi untuk bangsa dan negara melalui Asia Pulp dan Paper Sinar Mas, Sinar Mas Agribusiness and Food, Sinar Mas Land, Sinar Mas Energy and Infrastructure, Sinar Mas Financial Services, Sinar Mas Communications & Technology, Sinar Mas Healthcare, Eka Djipta Foundation dan Yayasan Muslim Sinar Mas.
Indonesia dikenal dunia lewat Eka Tjipta Widjaja yang mendirikan industri pengolahan produksi pemisahan serat dari bahan baku berserat yakni bahan kayu, non kayu maupun kertas bekas untuk pulp dan kertas untuk level nasional dan internasional, mendunia.
Karya dan jasa Eka Tjipta Widjaja nyata bagi bangsa dan negara Indonesia buat generasi mendatang meskipun kini Eka Tjipta Widjaja telah tiada, meninggalkan kita semua pada Sabtu 26 Januari 2019 lalu, menghadap Tuhan Yang Maha Esa.@
***
Tulisan ini diikutsertakan pada Journalist Writing Competition, 100 tahun Eka Tjipta Widjaja Membangun Sinar Mas untuk Indonesia.