Selamat Tahun Baru Hijriah, Dipergunakan Dalam Kehidupan Sehari-hari

Selamat Tahun Baru Hijriah
Selamat Tahun Baru Hijriah

Oleh: Fadmin Malau

TAHUN Hijriah merupakan kesepakatan (ijma’) para sahabat Nabi Muhammad SAW yang digunakan pada masa pemerintahan Umar Bin Khatab atas usul Ali Bin Abi Thalib. Kesepakatan itu dasarnya Alqur’an karena Alqur’an sangat menghargai orang-orang berhijrah.

Memaknai tahun hijriah bagi umat Islam sepanjang zaman. Islam berdaulat terwujud apa bila sepanjang zaman umat Islam memiliki semangat hijrah. Hal itu tergambar dalam peristiwa hijrah Nabi Besar Muhammad SAW yang menjadi penetapan tahun baru Islam. Peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW sebagai peristiwa penting dalam sejarah perkembangan Islam, dimana Nabi Muhammad SAW dari Mekkah hijrah (pindah) ke Madinah bersama para sahabat.

Hijriahnya Nabi Muhammad SAW bersama para sahabat telah memancarkan cahaya kejayaan Islam. Hijrah Rasullullah bagi umat Islam menjadi Tahun Baru Islam karena muncul cita-cita luhur membawa kejayaan Islam pada akhir zaman atau era sekarang ini. Dalam buku Ensiklopedi Islam menuliskannya “The starting point of the Muhammaden (Islam) era” Dari ensiklopedi Islam itu bisa dimaknai bahwa Tahun Baru Hijriah sebagai awal pengembangan Islam di dunia.

Kemudian buku berjudul, “Muhammad Rasulullah Wa Khatamannabiyyin” yang ditulis Prof. Muhammad Khair Husein, Rektor Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir memaparkan makna hijrah sebagai badaniyah (fisik) dan hijrah sebagai qalbiyah (hati). Tulisan Prof. Muhammad Khair Husein menjelaskan tentang makna hijriah sebagai hari bersejarah bagi umat Islam sebab hari hijrah Rasullullah menjadi garis pemisah antara yang hak dan yang bathil.

Kini umat Islam telah memperingati Tahun Baru Hijriah. Memperingati Tahun Baru Hijriah bermakna universal sebab hijriah secara fisik dan hijriah secara hati. Fisik dan hati bila telah bersatu, sejalan dan seiring maka akan melahirkan satu kekuatan besar yang sulit untuk dikalahkan siapa pun juga.

Memperingati Tahun Baru Hijriah bukan sekarang acara seremonial atau sebuah perayaan semata. Sesungguhnya memperingati Tahun Baru Hijriah adalah menyikapi akan makna hidup yang sesungguhnya yakni pindah secara badaniah dan rohaniah. Fisik dan hati menyatu menjadi satu kekuatan yang sulit dikalahkan siapa pun juga.

Baca Juga :  Emiten Kertas Akhir Tahun 2024, Masih Dipengaruhi Permintaan Global

Tahun Baru Hijriah pada Bulan Muharram sebagai satu kekuatan, kehebatan belum sepenuhnya diketahui, dipahami umat Islam dalam kehidupan sehari-hari. Faktanya belum semua umat Islam dalam setiap keluarga muslim memiliki kalender Tahun Hijriah. Kemudian dalam implementasi kehidupan sehari-hari, mulai dari lingkungan kehidupan terkecil yakni ketika menulis surat resmi dan surat non-resmi belum memakai tanggal dan bulan Hijriah. Begitu juga ketika seorang anak muslim lahir, tetapi belum dicatat tanggal kelahirannya dengan bulan dan tahun Hijriah. Selanjutnya dalam lingkungan terkecil masuk ke lingkungan lebih besar pada organisasi kemasyarakatan Islam belum juga memakai tanggal, bulan dan Tahun Hijriah.

Seharusnya jika Tahun Hijriah dimaknai sebagai awal kebangkitan umat Islam maka tahun hijriah dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Awal kebangkitan berarti letak titik dasar berpijak dan bergerak. Memaknai berarti mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, bukan sekadar memperingati saja.

Pertama, kalender Hijriah harus sudah memasyarakat pada umat Islam. Dipakai dalam aktivitas kehidupan sehari-hari umat Islam. Artinya, lembaga-lembaga Islam, Ormas Islam dan semua keluarga Islam menggunakan penanggalan Hijriah. Kedua, menilai bulan dan tahun Hijriah sangat penting dalam kehidupan umat Islam sebab berkaitan dengan Hukum Islam dan pelaksanaan ibadah umat Islam.

Penanggalan Hijriah dimulai dari Bulan Muharram, Shafar, Rabi’ul Awwal, Rabiuts Tsani, Jumadil Awwal, Jumadits Tsani, Rajab, Sya’ban, Ramadhan, Syawwal, Dzuqo’dah dan Dzulhijjah. Sebenarnya sebelum Nabi Muhammad SAW menjadi rasul, masyarakat Arab sudah menggunakan nama Bulan Hijriah tetapi tahunnya belum tahun Hijriah. Orang Arab kala itu membuat nama tahun berdasarkan peristiwa besar yang terjadi kala itu seperti Tahun Fiil, di mana pada tahun itu Raja Abrahah beserta para pasukannya menunggangi gajah menyerbu Kota Makkah untuk menghancurkan Ka’bah.

Baca Juga :  Cinta Terhalang Adat, Sikambang Dari Pincalang

Kemudian setelah masyarakat Arab memeluk Agama Islam, Allah SWT memerintahkan agar umat Islam menggunakan kalender Qamariah. Firman Allah SWT dalam Alqur’an Surah At-Taubah ayat 36 yang artinya, “Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantara ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu dan perangilah kaum musryikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang orang yang taqwa.”

Dikatakan Allah SWT ada empat bulan suci (haram), berdasarkan dari Abu Bakroh, Nabi Muhammad Saw bersabda yang artinya, “Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadil (akhir) dan Sya’ban.”

Ada empat bulan suci yakni (1) Dzulqo’dah, (2) Dzulhijjah, (3) Muharram dan (4) Rajab. Kemudian Firman Allah SWT dalam Alqur’an Surah At-Taubah ayat 37 yang artinya, “Sesungguhnya pengunduran (bulan haram) itu hanya menambah kekafiran. Orang orang kafir disesatkan dengan (pengunduran) itu, mereka menghalalkannya suatu tahun yang lain agar mereka dapat menyesuaikan dengan bilangan yang diharamkan Allah, sekaligus mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah. (Oleh setan) dijadikan terasa indah bagi mereka perbuatan perbuatan buruk mereka. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang orang yang kafir.”

Baca Juga :  Pemerintah Targetkan Turunkan Biaya Logistik Jadi 8% dari PDB

Tahun hijriah dimaknai sebagai awal kebangkitan umat Islam dan sebagai tanda pembeda umat Islam dengan umat lainnya. Kini banyak orang Islam menyambut datangnya Tahun Baru Hijriah sebagai tanda hijriah badaniyah (fisik) dan hijrah sebagai qalbiyah (hati). Hijrah (pindah) secara badaniyah dari kondisi fisik yang kurang baik menjadi baik. Pindah dari kondisi fisik yang baik menjadi lebih baik. Hijrah (pindah) dari hati yang kurang baik menjadi baik. Pindah dari hati yang baik menjadi hati yang lebih baik. Begitu seterusnya setiap Tahun Baru Hijriah diperingati.

Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya,”Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.”

Makna dari hadist Nabi Muhammad SAW ini sebagai pembeda umat Islam dengan umat lainnya dalam memperingati tahun baru. Bagi umat Islam datangnya Tahun Baru Hijriyah sebagai bertekad untuk melakukan hijrah dari yang bathil kepada yang hak. Semangat hijrah atau berhijhrah harus terus digelorakan sampai akhir zaman karena Firman Allah SWT dalam Alqur’an Surah At-Taubah ayat 20 yang artinya, “Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah dengan harta benda dan jiwa mereka adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah. Dan mereka itulah orang-orang yang menang (dunia akhirat).”

Jelas dan tegas Allah SWT menilai umat Islam yang beriman itu selalu memiliki jiwa hijrah kepada yang baik dan orang yang berhijrah kepada yang baik adalah orang yang menang di dunia dan di akhirat. Setiap umat Islam yang menang di dunia dan di akhirat menjadi penentu kejayaan umat Islam di dunia ini.@

***

Penulis Wakil Ketua Majelis Lingkungan Hidup PD. Muhammadiyah Kota Medan, mantan Bendahara Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Tapanuli Utara Provinsi Sumatera Utara.

Bagikan :
Scroll to Top