Mataram | EGINDO.co – Sebelum membeli mutiara, perlu diperhatikan agar apa yang dibeli sesuai dengan keinginan.
“Kelas mutiara dilihat dari seberapa sehatnya kerang dan berapa lama budidayanya,” kata Wardah, pemilik toko perhiasan emas dan mutiara Rony 2, di sentra mutiara Sekarbela, Mataram, Lombok.
Mutiara terbentuk dari tiram yang kemasukan benda asing, misalnya debu, sehingga menimbulkan iritasi.
Untuk mengatasi luka tersebut, tiram mengeluarkan semacam getah lalu mengeras.
Proses terbentuknya mutiara memakan waktu mulai dari enam bulan hingga bertahun-tahun. Semakin lama mutiara terbentuk, semakin tebal lapisannya.
Kualitas air, cuaca, lama pembentukan dan pertumbuhan kerang akan mempengaruhi kualitas kerang tersebut.
Kerang alami umumnya berwarna putih, emas, perak dan merah jambu.
Rizal Pahlevi, pengrajin perhiasan di toko Mutiara Lombok mengingatkan mutiara yang terbentuk alami seringkali tidak berbentuk bulat sempurna dan memiliki sedikit keropeng di lapisan luarnya.
Sekarang ini, mutiara berbagai warna marak dijual di pasaran. Wardah mengatakan ada juga mutiara yang melalui proses coating, pewarnaan, sehingga ada yang berwarna hijau, hitam dan lainnya.
Mutiara yang dijual di Sekarbela merupakan mutiara laut dan tawar. Ada juga yang disebut mutiara kerang, yang menurut Wardah merupakan sintetis.
Tidak seperti mutiara alami, mutiara sintetis umumnya berbentuk bulat sempurna dan mengkilap di lapisan permukaannya.
“Kalau mutiara alami, kilap dari dalam,” kata Wardah.
Warna pada mutiara sintetis umumnya bisa mengelupas, seperti cat kuku. Mutiara laut, lanjut Wardah, biasanya mengeluarkan serbuk.
Rizal menunjukkan cara membedakan mutiara laut dan yang sintetis dengan menulis di atas kotak kaca tempat memajang perhiasan. Mutiara laut meninggalkan jejak gorsan dibatas kaca tanpa merusak lapisan luarnya.
Sementara itu, mutiara sintetis tidak meninggalkan goresan di kaca dan terasa licin ketika dipakai menulis.
Ketika ditekan, mutiara laut umumnya meninggalkan serbuk pasir sementara yang sintetis licin.
Ant/kj