Medan | EGINDO.co – Menyambut bulan suci Ramadhan, masih berlangsung tradisi mandi Balimau dihampir semua sungai di Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng) Provinsi Sumatera Utara (Sumut), begitu juga dengan tradisi Mamogang dan Malopeh masih berlangsung di Tapanuli Tengah.
Tradisi Mandi Balimau, Mamogang dan Malopeh yang berhasil informasinya dihimpun EGINDO.co menyebutkan kegiatan Balimau dan Mamogang ramai dilakukan. “Tradisi mandi Balimau pada dasarnya kegiatan penyucian dalam segala bentuk, yakni penyucian bathiniah dengan cara mengunjungi sanak keluarga, meminta maaf dan saling mengikat kembali silaturahmi satu sama lainnya. Kemudian penyucian lahiriah atau fisik dengan melakukan mandi Balimau atau mandi dengan menggunakan limau,” kata seorang warga Barus kabupaten Tapanuli Tengah.
Balimau, Mamogang dan Malopeh meriah di Tapanuli Tengah (Tapteng). Ketiga kegiatan itu sudah merupakan tradisi, turun temurun yang membudaya pada masyarakat Tapanuli Tengah menjelang sehari sebelum bulan Puasa Ramadan menyambutnya dengan mandi Balimau atau (Bahasa Pesisir: Balimo), aktivitas silaturahmi dan malopeh atau mamogang sudah ada ratusan tahun yang lalu. Hal itu membuat semarak karena semua sungai di Tapanuli Tengah menjadi tujuan masyarakat untuk melakukan kegiatan balimo.
Menurut seorang warga bahwa mandi Balimau sudah ada puluhan tahun lalu yang memiliki nilai sakral dan nilai-nilai luhur yang harus dilakukan. Dijelaskannya, bahan mandi Balimau yakni ramuan yang terdiri dari rebusan limau purut atau limau nipis, daun pandan, mayang pinang muda, akar wangi, bunga bungaan dan sebagainya yang bisa membuat tubuh wangi dalam waktu lama.
“Semua ramuan itu ditumbuk dalam lesung lalu airnya diperas tanpa mempergunakan bahan kimia buatan dan teknologi pabrik tapi menghasilkan aroma yang sangat khas, alami dan sangat menyejukkan secara lahiriah dan bathiniah,” katanya.
Kemudian sehari sebelum mandi Balimau di sungai yang airnya jernih, dilakukan aktivitas mamogang atau malopeh yakni menyembelih hewan (kerbau, sapi, kambing) di tanah lapang yang oleh masyarakat. Ada yang memiliki hewan yang utuh atau satu ekor, ada yang dimiliki beramai-ramai atau ada yang membeli dari penjual dalam bentuk kiloan.
Dijelaskannya bahwa daging hewan itu dimasak, kemudian dibawa ketika mandi Balimau berserta nasi. Tidak hanya itu akan tetapi budaya mamogang atau malopeh satu manifestasi berbaktinya anak-anak kepada orangtua, mertua karena daging hewan yang disembelih atau dibeli di pasar (onan) dimasak dengan masakan yang lezat. Lantas makanan yang lezat itu dibawa ke rumah orangtua, mertua untuk diberikan sebagai makanan untuk bersahur pada malam Sahur pertama di bulan Ramadan.
“Budaya mamogang atau malopeh satu manifestasi berbaktinya anak-anak kepada orangtua, mertua karena daging hewan yang disembelih atau dibeli di pasar (onan) dimasak dengan masakan yang lezat. Lantas makanan yang lezat itu dibawa ke rumah orangtua, mertua untuk diberikan sebagai makanan untuk bersahur pada malam Sahur pertama di bulan Ramadan,” katanya menegaskan.@
Bs/timEGINDO.com