Jakarta | EGINDO.co – Jadi saham termahal, emiten Sinarmas PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) akan laksanakan rapat umum pemegang saham luar biasa rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada 22 Desember 2021 mendatang.
PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) berencana akan melakukan pemecahan saham atau stock split, dengan rasio 1:10. Hal itu terungkap dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (15/11/2021) kemarin.
Emiten berkode saham DSSA itu menyampaikan, nilai nominal saham perseroan setelah stock split adalah Rp25 per saham, dari sebelumnya Rp250 per saham. “Stock split ini diharapkan dapat meningkatkan minat investor untuk membeli saham perseroan, meningkatkan jumlah pemegang saham perseroan, meningkatkan likuiditas saham perseroan, dan mendukung pertumbuhan nilai perseroan,” tulis Manajemen DSSA.
Selain itu, dengan stock split, jumlah saham perseroan yang beredar akan bertambah menjadi 7.705.523.200 saham, dari sebelumnya 770.552.320 saham. Sejak awal tahun hingga saat ini, saham DSSA tercatat telah mengalami kenaikan 214,22 persen. Saham tersebut memiliki kapitalisasi pasar senilai Rp38,74 triliun, dengan PER 30,42 kali.
Manajemen DSSA mengumumkan bahwa perusahaan melalui anak usahanya berencana melakukan akuisisi Dampier Coal dengan nilai pembayaran US$1,35 miliar yang terdiri dari tiga tahap, atau sekitar Rp18,9 triliun (estimasi kurs Rp14.000 per dolar AS). Berdasarkan laporan fakta material perusahaan pada Senin (8/11/2021), DSSA melalui anak usahanya, Stanmore Resources Limited, menandatangani perjanjian jual beli dengan BHP Minerals Pty Ltd (BHP) melalui kedua entitas anak usahanya, mengakusisi seluruh saham Dampier Coal (Qld) Pty Ltd (Dampier Coal).
Rencana transaksi pembelian dilakukan saham tersebut dilakukan oleh Stanmore SMC Holdings Pty Ltd (SMC) yang merupakan entitas anak Stanmore, dan BHP Mitsui Coal Pty Ltd (BMC) yang memiliki hubungan rencana perolehan 80 persen kepentingan ekonomi dengan BHP. Pembayaran atas Rencana Transaksi akan dilakukan secara bertahap dengan menggunakan kombinasi pendanaan internal dan eksternal.
Sedangkan ketentuan pembayaran pertama senilai US$1,1 miliar jatuh tempo saat penyelesaian Rencana Transaksi. Selanjutnya US$100 juta akan jatuh tempo enam bulan setelah penyelesaian Rencana Transaksi. Terakhir, pembayaran akuisisi hingga maksimum US$150 juta berdasarkan mekanisme bagi hasil atas pendapatan jika harga jual rata-rata berada di atas ambang tertentu selama periode dua tahun, dan jatuh tempo dalam waktu tiga bulan setelah akhir periode pengujian yang diperkirakan pada 2024.
“Harga pembelian akan tunduk pada penyesuaian lazimnya saat penyelesaian Rencana Transaksi. Lebih lanjut, penyelesaian Rencana Transaksi diperkirakan akan terlaksana pada pertengahan 2022, yang mana penyelesaiannya masih tunduk pada pemenuhan syarat-syarat pendahuluan,” tulis manajemen DSSA.@
Bs/TimEGINDO.co