Tokyo | EGINDO.co – Indeks saham utama Jepang, Nikkei, anjlok pada perdagangan awal hari Rabu (9 April) karena kekhawatiran mengenai perang dagang Amerika Serikat-Tiongkok menghentikan reli yang sempat terjadi di Wall Street.
Mata uang Korea Selatan sementara itu anjlok ke level terendah terhadap dolar sejak 2009, sementara harga minyak anjlok 3 persen pada perdagangan awal di Asia.
Di Tokyo, Nikkei 225 turun lebih dari 3 persen dan indeks Topix yang lebih luas turun 3,1 persen.
Di antara saham Asia lainnya, KOSPI Korea Selatan turun 0,9 persen pada perdagangan awal menjadi 2.313,69 pada pukul 09.54 waktu setempat. Indeks utama Singapura, Straits Times, turun 2,5 persen menjadi 3.383,02 pada pukul 09.13 waktu setempat.
Saham di Hong Kong dan Shanghai juga anjlok pada pembukaan. Indeks Hang Seng merosot 3,14 persen, atau 632,76 poin, ke level 19.494,92, sementara Indeks Komposit Shanghai merosot 1,13 persen, atau 35,54 poin, ke level 3.110,01.
Pada hari Selasa, Nikkei telah pulih 6 persen dari kerugian besar setelah pengumuman tarif besar-besaran oleh Presiden AS Donald Trump minggu lalu.
Pasar-pasar lain di Asia dan Eropa mengikuti, seperti halnya Wall Street setelah tiga hari penjualan yang nyaris panik.
Sentimen didukung oleh harapan negosiasi tarif antara Gedung Putih dan Jepang serta Korea Selatan.
Namun, saham-saham AS kemudian berbalik turun dan ketiga indeks utama berakhir dengan tegas di zona merah, dengan S&P 500 merosot 1,6 persen dan Dow Jones turun 0,8 persen.
Tarif besar-besaran sebesar 10 persen mulai berlaku selama akhir pekan untuk impor ke ekonomi terbesar di dunia.
Tarif yang lebih tinggi untuk sejumlah negara akan mulai berlaku pada pukul 12.01 dini hari (04.01 GMT) pada hari Rabu.
Trump awalnya mengumumkan tarif tambahan sebesar 34 persen untuk barang-barang Tiongkok.
Namun setelah Beijing mengumumkan tarif balasannya sendiri sebesar 34 persen untuk produk-produk Amerika, ia berjanji untuk mengenakan bea masuk tambahan sebesar 50 persen.
Dengan menghitung pungutan yang sudah ada yang diberlakukan pada bulan Februari dan Maret, kenaikan tarif kumulatif untuk barang-barang Tiongkok selama masa jabatan kedua Trump menjadi 104 persen.
Sumber : CNA/SL