Jakarta | EGINDO.com – Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) semakin banyak terjadi, mall mall atau pusat perbelanjaan sepi dan tingkat pengangguran yang semakin besar, ada ribuan pekerja (SPG) tidak bekerja lagi, satuan pengamanan (satpam) juga tidak bekerja menjadi pengangguan yang tentunya tidak terdata di statistik ketenagakerjaan akan tetapi hal itu real masyarakat Indonesia yang menjadi pengangguran.
Hal itu dikatakan pengamat sosial, ekonomi kemasyarakatan Dr. Rusli Tan, SH, MM kepada EGINDO.com pada Rabu (22/1/2025) di Jakarta menanggapi tentang kondisi ekonomi dan munculnya usulan dari anggota Komisi IX DPR Fraksi Nasdem Irma Suryani Chaniago untuk mendanai program makan bergizi gratis dari perusahaan-perusahaan para konglomerat.
Rusli Tan meminta para anggota DPR RI agar memikirkan bagaimana kondisi masyarakat yang menjadi pengangguran yang sekarang ini sudah sangat mengkhawatirkan, sebab kalau semua orang lapar maka keamanan akan terganggu. “Bila orang sedang lapar mana bisa berpikir normal, bisa saja tingkat kriminal meningkat. Nah, anggota DPR harus memikirkan itu jangan bicara terus membebani perusahaan karena perusahaan yang sedang tidak stabil maka pemutusan hubugan kerja terjadi yang menyebabkan pengangguran semakin banyak,” katanya mengingatkan.
Dipertanyakannya, siapa sekarang yang membantu para pekerja yang sudah kehilangan pekerjaan itu karena mereka itu adalah rakyat Indonesia maka wakil rakyat harus memikirkan itu, bagaimana agar industri, perusahaan bisa kembali berjalan normal. “Ketika mereka bekerja, mereka dipungut pajak, mereka membayar pajak penghasilan, ketika mereka tidak bekerja, tidak punya penghasilan harusnya negara melindungi mereka, anggota DPR sebagai wakil rakyat harus bekerja agar mereka bisa mendapatkan pekerjaan sebagaimana yang diamanat UUD 1945, setiap warga negara berhak mendapatkan pekerjaan yang layak,” kata Rusli Tan menegaskan.
Diingatkannya para anggota dewan harus bijaksana dalam memberi statemen, jangan membuat suasana tidak kondusif sebab bila pengusahaan itu kondisinya susah maka semakin banyak PHK yang terjadi maka jangan diberi beban lagi. “Mengapa investor tidak mau menanamkan modalnya di Indonesia sebab bebannya sangat banyak. Banyak investor yang datang ke Indonesia akan tetapi setelah lihat lihat Indonesia, pergi ke Vietnam, pergi ke Malaysia dan menanamkan modalnya di negara itu. Pada hal di Vietnam, di Malaysia upah buruh lebih mahal dari di Indonesia, akan tetapi mengapa para investor itu memilih Vietnam, Malaysia karena pengusaha tidak dibebani macam macam biaya yang disebut dengan biaya tidak terduga. Biaya biaya tidak terduga sangat banyak dan besar itu masuk dalam cost produksi. Besarnya biaya tak terduga itu membuat pengusaha sulit untuk memberi gaji besar kepada murah atau karyawannya. Di Vietnam, di Malaysia gaji atau upah buruh lebih besar dari Indonesia karena biaya tak terduga tidak seperti di Indonesia. Hal itulah yang membuat para investor ragu menanamkan modalnya di Indonesia,” kata Rusli Tan membeberkan.
Dinilainya jumlah pengangguran yang besar berpotensi mengganggu keamanan maka hal itu harus yang dipikirkan pemerintah. Faktanya banyak toko dan restoran yang bangkrut, kemudian industri banyak yang mengurangi jumlah buruh atau melakukan PHK mulai dari 25 persen sampai 80 persen menandakan kondisi ekonomi lagi sulit. Katanya, pemerintah ingin mendapatkan pertumbuhan ekonomi 8 persen dalam kondisi yang ada sekarang ini sebenarnya hanya mimpi karena pertubuhan ekonomi tidak bisa hanya kata-kata akan tetapi harus melihat kenyataan yang ada.
Ditegaskan Rusli Tan, pemerintah sekarang ini harus meningkatkan investasi dalam negeri untuk menurunkan angka pengangguran yang sudah mengkhawatirkan. Bila investasi meningkat maka berkembang pabrik, tumbuh industri yang menyerap tenaga kerja baru. Kini yang terjadi sebaliknya, investasi tidak tumbuh dan bahkan minus dengan banyaknya pabrik atau industri yang tutup menyebabkan PHK masal dan akhirnya penangguran bertambah.
Doktor ekonomi dan praktisi ekonomi itu mendesak agar pemerintah melihat kondisi yang ada di masyarakat sehingga bisa lebih objektif dalam mengambil kebijakan. Katanya bisa dilihat geliat ekonomi di masyarakat, mulai dari penjual makanan dan minuman yang banyak tutup, mall mall pada tutup karena sepi pembeli. Sepinya pembeli bukan karena harga-harga naik akan tetapi daya beli masyarakat yang lemah. Mengapa daya beli masyarakat lemah karena tidak punya uang, tidak punya penghasilan atau pengangguran sudah pasti tidak punya uang. Bila masyarakat punya penghasilan yang baik maka otomatis daya beli masyarakat kuat.@
Fd/timEGINDO.com