Rusli Tan: Indonesia Masih Membutuhkan Impor Kertas Bekas

Rusli Tan
Dr. Rusli Tan, SH, MM

Jakarta | EGINDO.co – Indonesia masih perlu atau masih membutuhkan impor kertas bekas. Hal itu karena pengumpulan kertas bekas di Indonesia belum efesien. Tidak sampai 30 persen kertas bekas dapat terkumpul kembali. Penyebabnya karena kertas bekas itu dipakai lagi, begitu juga dengan karton-karton bekas juga dipakai lagi untuk keperluan lainnya seperti kebutuhan rumahtangga untuk pengiriman barang-barang di dalam negeri.

Hal ini dikatakan mantan Wakil Ketua Umum Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) Dr. Rusli Tan, SH, MM kepada EGINDO.co Selasa (7/12/2021) bahwa Indonesia masih membutuhkan impor kertas bekas yang seharus tidak perlu diimpor kertas bekas atau karton-karton bekas itu.

Menurutnya, industri kertas di Indonesia banyak mempergunakan kertas bekas seperti produk kertas Sinarmas, Indah Kiat yang di Serang banyak menggunakan kertas bekas. Begitu juga Tjiwi Kimia banyak mempergunakan kertas bekas. “Nah sementara untuk mendapatkan kertas bekas di Indonesia masih sulit pada hal adanya kertas bekas membuat sangat strategis bagi industri kertas dan itu bagus bagi lingkungan hidup maka diharapkan pemerintah mendukung apa yang dilakukan industri kertas Indonesia. Pemerintah harus memberikan dukungan bisa impor kertas bekas dengan mudah, pemerintah maunya memberikan biaya masuk nol persen,” kata Dr. Rusli Tan.

Baca Juga :  Harga PCR Di Indonesia Mahal, Dibanding Dengan Negara Lain

Dinilainya, mengapa harus dipermudah impor kertas bekas karena kertas bekas di Indonesia banyak dipakai lagi dan pengumpulannya juga tidak memakai tong sampah khusus sehingga banyak yang kena air dan kena macam-macam sehinga tidak bisa digunakan lagi. Jadi dari cara pengumpulannya juga belum tepat sehingga dibutuhkan impor kertas bekas.

Dikatakannya, dengan kerta bekas impor maka Indonesia bisa bersaing ke luar negeri. Hal itu karena produksi karton umumnya dari kertas bekas yang banyak diekspor bersama barang-barang yang diekspor sehingga sampai di luar negeri tidak kena biaya keluar. “Ketika melakukan ekspor sepatu, baju baju dan lain sebagainya perlu ada karton pembungkus sehingga Indonesia tidak perlu ekspor karton-karton,” katanya.

Baca Juga :  Indef: Presidensi G20 Akan Tingkatkan Konsumsi Indonesia

Saat ini kata Rusli Tan, Indonesia masih kalah dalam membeli kertas bekas dari India dan China maka pemerintah perlu memberikan dukungan kepada industri kertas dengan bantuan Duta Besar (Dubes) untuk negoisasi dengan negara-negara tujuan ekspor kertas produk Indonesia. “Kita sudah menjadi presiden G-20 maka harus bisa bernegoisasi negara tujuan ekspor kertas Indonesia sebab dari daur ulang kertas bekas yang jelas menyelamatkan lingkungan hidup,” kata Rusli Tan menegaskan.

Menurutnya, Menteri luar negeri, Menteri perdagangan sudah waktunya bisa  menginformasikan tentang produksi kertas Indonesia dari bahan kertas bekas atau daur ulang. Diakui Dr. Rusli Tan dirinya siap menjadi relawan bila dibutuhkan dalam negoisasi untuk hal pangsa pasar kertas yang diproduksi dari bahan kertas bekas itu.@

Baca Juga :  Menteri Keuangan: Pemerintah Pastikan Tarif PPN 12% Berlaku pada 2025

Fd/TimEGINDO.co

 

Bagikan :
Scroll to Top