Jakarta | EGINDO.co – Sangat beresiko dilakukan sekolah atau belajar tatap muka seratus persen yang mulai dilaksanakan hari ini Senin (3/1/2022) karena kondisi Coronavirus (Covid-19) belum kondusif di Jakarta. Perlu kehati-hatian dan kajian yang mendalam apa memang benar sudah bisa sekolah atau belajar tatap muka.
Hal itu dikatakan Dr. Rusli Tan seorang pemerhati masalah sosial kemasyarakatan kepada EGINDO.co Senin (3/1/2021) menanggapi pemerintah Provinsi DKI Jakarta memutuskan menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) dengan kapasitas siswa 100 persen mulai hari ini, Senin (3/1/2022).
Dikatakannya tidak semudah itu memulai belajar tatap muka sebab kondisi yang ada belum mendukung dimana masih bebasnya orang asing masuk ke Indonesia sebab Bandar udara (Bandara) internasional dibuka dan bahkan ditambah lagi bandara internasional dibuka dan faktanya kasus Covid-19 belum kondusif.
Menurut Rusli Tan harus ada parameter yang terukur dan teruji baru bisa dilakukan belajar tatap muka,”Tidak mudah untuk melakukan belajar tatap muka, harus dilengkapi dengan berbagai persyaratan sehingga tidak terjadi hal yang tidak diinginkan,” katanya.
Dijelaskannya, parameternya misalnya, apakah lokal atau ruang kelas belajar sudah berjarak. Terlihatnya tidak karena belajar tatapmuka dilakukan 100 persen dengan ruang kelas yang ada selama ini, tidak ada penambahan ruang kelas. Lain halnya jika tidak 100 persen maka bisa dilakukan berjarak belajar di ruang kelas.
Kemudian, apakah semua siswa sudah divaksin lengkap atau dua kali vaksin, apakah dilakukan pencekan kesehatan siswa sebelum belajar dan bagaimana siswa sampai ke sekolah atau mempergunakan kendaraan umum atau kenderaan pribadi atau tanpa kendaraan. “Semuanya harus dilihat sehingga tidak terjadi lagi penyebaran Covid-19, tidak bisa dilakukan tanpa ada kajian. Untuk itu testing, ceking, tracing itu sangat penting agar bisa memenuhi syarat untuk melakukan belajar tatap muka,” katanya.
Dinilainya, melakukan protokol kesehatan (Prokes) tidak mudah, harus dilihat secara menyeluruh, tidak bisa hanya sebahagian saja, semuanya harus dilihat sehingga tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Untuk itu katanya harus jelas, tegas dan terukur ketika dilakukan belajar tatap muka agar tidak merugikan siswa. “Bila semua parameter untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 sudah dilakukan dan hasilnya baik, baru bisa dilakukan belajar tatap muka,” kata Dr. Rusli Tan menandaskan.@
Fd/TimEGINDO.co