Rupiah Terus Tertekan, Dolar AS Kian Perkasa di Tengah Ketidakpastian Global

ilustrasi
ilustrasi Rupiah dan Dolar AS

Jakarta|EGINDO.co Nilai tukar rupiah kembali menunjukkan tren pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (15/7/2025). Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka merosot 0,21 persen atau 33 poin ke level Rp16.283 per dolar AS. Sehari sebelumnya, mata uang Garuda juga ditutup melemah 0,20 persen ke posisi Rp16.250 per dolar AS.

Analis pasar uang Ariston Tjendra menilai, tekanan terhadap rupiah sejalan dengan menguatnya posisi dolar AS di pasar global. “Indeks dolar menguat ke atas level 98, naik dari posisi sebelumnya yang masih di kisaran 97. Penguatan ini mendorong potensi pelemahan rupiah ke arah Rp16.300, dengan level support di kisaran Rp16.200,” ujarnya dalam analisis pagi ini.

Lebih lanjut, Ariston menjelaskan bahwa sentimen negatif terhadap aset berisiko seperti rupiah juga dipengaruhi oleh ketidakpastian arah kebijakan perdagangan AS, khususnya terkait rencana mantan Presiden Donald Trump untuk menerapkan kembali tarif impor jika terpilih kembali. “Tarif Trump masih menjadi tekanan tersendiri bagi rupiah,” jelasnya.

Dari sisi eksternal lainnya, pasar turut menantikan rilis data pertumbuhan ekonomi Tiongkok. Konsensus memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal terakhir akan menunjukkan perlambatan, yang berpotensi memperburuk sentimen terhadap mata uang emerging markets, termasuk rupiah. “Kondisi ini membuat rupiah semakin rentan terhadap gejolak pasar global,” tambah Ariston.

Mengutip Kontan.co.id, tekanan eksternal tidak hanya dirasakan oleh rupiah. Mata uang regional seperti baht Thailand dan won Korea Selatan juga mencatat pelemahan terhadap dolar AS pada awal perdagangan hari ini, menunjukkan tekanan global yang cukup merata di kawasan Asia.

Sementara itu, seperti dilaporkan Bisnis.com, Bank Indonesia terus berada di pasar untuk menjaga stabilitas nilai tukar melalui intervensi, termasuk operasi pasar di pasar valas dan SBN. Strategi ini dilakukan guna menjaga agar pelemahan tidak terjadi secara berlebihan dan tetap sesuai dengan fundamental ekonomi.

Sumber: rri.co.id/Sn

Scroll to Top