Rupiah Menguat ke Rp16.276 per Dolar AS, Didukung Pelemahan Dolar dan Data Ekonomi AS yang Lesu

ilustrasi
ilustrasi

Jakarta|EGINDO,co  Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dibuka menguat pada perdagangan hari ini, Kamis, 5 Juni 2025. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah terapresiasi sebesar 0,12 persen ke level Rp16.276 per dolar AS.

Penguatan rupiah terjadi seiring pergerakan sejumlah mata uang Asia lainnya yang juga menunjukkan tren positif. Di sisi lain, indeks dolar AS tercatat mengalami kenaikan tipis sebesar 0,04 persen ke level 98,8.

Pergerakan mata uang Asia terpantau bervariasi. Yen Jepang terdepresiasi sebesar 0,07 persen, sementara dolar Hong Kong dan dolar Singapura masing-masing menguat 0,01 persen dan 0,02 persen. Dolar Taiwan naik 0,31 persen, won Korea Selatan menguat 0,43 persen, dan peso Filipina terapresiasi sebesar 0,29 persen. Adapun rupee India melemah 0,37 persen, yuan China turun 0,06 persen, serta baht Thailand terdepresiasi 0,20 persen. Ringgit Malaysia mencatatkan penguatan sebesar 0,16 persen.

Mengutip laporan Reuters, pelemahan dolar AS dipicu oleh data ekonomi yang mengecewakan. Data terbaru menunjukkan bahwa sektor jasa di Amerika Serikat mengalami kontraksi pada Mei 2025, untuk pertama kalinya dalam hampir satu tahun terakhir. Hal ini memicu kekhawatiran investor terhadap perlambatan pertumbuhan ekonomi dan potensi inflasi yang tetap tinggi.

Ketidakpastian ekonomi tersebut semakin diperkuat oleh laporan penggajian dari perusahaan pemrosesan upah ADP, yang menunjukkan bahwa jumlah pekerjaan sektor swasta pada Mei tumbuh jauh di bawah ekspektasi pasar.

“Data ketenagakerjaan bulan Mei yang akan dirilis besok akan menjadi penentu penting bagi sentimen pasar. Jika hasilnya lemah, maka kemungkinan besar dolar AS akan mengalami tekanan yang lebih besar,” ujar Mansoor Mohi-uddin, Kepala Ekonom Bank of Singapore.

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, juga kembali menyerukan kepada Ketua Federal Reserve Jerome Powell agar segera memangkas suku bunga acuan, merespons lemahnya data ekonomi tersebut.

Selain faktor domestik AS, pasar global juga mencermati perkembangan negosiasi dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Presiden Trump menyatakan bahwa Presiden Tiongkok, Xi Jinping, adalah sosok yang tangguh dan sulit untuk diajak menyepakati perjanjian, mencerminkan ketegangan yang masih berlangsung di antara kedua negara.

Pernyataan tersebut muncul setelah sebelumnya Gedung Putih meningkatkan harapan akan adanya pembicaraan telepon antara kedua pemimpin negara pada pekan ini, menjelang tenggat waktu pembentukan kesepakatan yang ditetapkan awal Juli.

Disclaimer: Berita ini disusun untuk tujuan informasi dan bukan merupakan ajakan untuk membeli atau menjual saham atau instrumen keuangan lainnya. Segala keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul akibat keputusan investasi tersebut.

Sumber: Bisnis.com/Sn
Scroll to Top