Jakarta|EGINDO.co Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami penguatan signifikan, ditutup pada posisi Rp15.435 per dolar AS. Peningkatan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari kondisi global maupun domestik.
Faktor Global:
1. Konflik Israel-Palestina yang Memanas: Ketegangan yang kembali mencuat antara Israel dan Palestina berdampak pada melemahnya dolar AS. Kelompok Islamis Palestina telah mengumumkan dimulainya kembali aksi pengeboman bunuh diri di wilayah Israel, dengan mengklaim bertanggung jawab atas ledakan yang terjadi di Tel Aviv pada Minggu malam. Selain itu, serangan militer Israel yang terjadi pada hari Senin dilaporkan telah menewaskan setidaknya 30 warga Palestina di Jalur Gaza. Situasi ini menimbulkan kekhawatiran akan potensi konflik yang lebih luas di kawasan tersebut.
2. Ketidakpastian Kebijakan Suku Bunga The Fed: Para investor juga masih menunggu perkembangan terkait rencana kebijakan suku bunga Federal Reserve AS (The Fed). Menurut Ibrahim Assuaibi, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, The Fed diperkirakan akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada tiga pertemuan tersisa di tahun 2024.
Hal ini satu kali lebih banyak dari yang diprediksi sebelumnya, berdasarkan survei terhadap ekonom yang dilakukan oleh Reuters. Survei tersebut juga menunjukkan bahwa kemungkinan terjadinya resesi dinilai kecil.
Faktor Domestik:
1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia: Sejak masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi), perekonomian Indonesia tetap tumbuh stabil di kisaran 5%. Dalam pidato kenegaraannya, Jokowi menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi yang berada di level 5% patut disyukuri, mengingat banyak negara lain mengalami perlambatan ekonomi atau bahkan tidak mengalami pertumbuhan sama sekali.
Perekonomian Indonesia juga dinilai mampu pulih dengan cepat dan terus menunjukkan tren pertumbuhan yang positif.
2. Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI): Bank Indonesia akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada pekan ini, yang berlangsung pada Selasa dan Rabu. Pasar sangat menantikan pernyataan BI mengenai kebijakan suku bunga ke depan.
Seperti yang dijelaskan oleh Ibrahim Assuaibi, The Fed telah memberikan sinyal untuk menurunkan suku bunga pada bulan September, dan diperkirakan BI akan mengikuti langkah tersebut. Sejak Agustus 2022, BI telah menaikkan suku bunga sebesar 275 basis poin, dari 3,5% menjadi 6,25% saat ini.
Penurunan suku bunga diharapkan dapat mendorong pertumbuhan kredit dan perekonomian Indonesia secara keseluruhan.
Keputusan mengenai suku bunga acuan untuk periode Agustus 2024 akan ditentukan dalam RDG ini.
Sumber: Tribunnews.com/Sn