Jakarta|EGINDO.co Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali mengalami pelemahan pada perdagangan hari ini, Rabu (9/4/2025). Berdasarkan data Bloomberg pada pukul 09.10 WIB, rupiah dibuka melemah 66 poin atau 0,39 persen ke posisi Rp16.957 per dolar AS. Pelemahan ini membawa rupiah mendekati level psikologis Rp17.000 per dolar AS.
Sehari sebelumnya, Selasa (8/4/2025), rupiah ditutup melemah 69,5 poin atau 0,41 persen ke level Rp16.891 per dolar AS. Sepanjang tahun berjalan 2025 (year-to-date/YtD), rupiah telah terkoreksi sebesar 4,49 persen, menjadikannya mata uang dengan pelemahan terdalam di kawasan Asia.
Selain rupiah, baht Thailand tercatat melemah sebesar 1,34 persen YtD, disusul rupee India 0,66 persen, yuan Tiongkok 0,52 persen, dolar Taiwan 0,67 persen, dan ringgit Malaysia 0,38 persen. Sebaliknya, sejumlah mata uang Asia mencatatkan penguatan terhadap dolar AS, antara lain dolar Singapura sebesar 1,06 persen, peso Filipina 1,16 persen, dan yen Jepang 6,65 persen sepanjang tahun berjalan 2025.
Menanggapi kondisi tersebut, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Juda Agung menyatakan bahwa nilai tukar rupiah masih berada dalam kisaran yang terkendali dan belum mengkhawatirkan. Ia menegaskan bahwa BI telah menyiapkan berbagai langkah stabilisasi, termasuk instrumen lindung nilai (hedging) untuk menjaga nilai aset dari fluktuasi pasar.
“Tidak mengkhawatirkan. Sudah bagus, masih dalam kendali,” ujar Juda Agung dalam acara Sarasehan Ekonomi yang dihadiri Presiden Prabowo Subianto beserta jajaran menteri.
Sejak 7 April 2025, Bank Indonesia telah melakukan intervensi di pasar valuta asing non-deliverable forward (NDF) di kawasan Asia, Eropa, dan New York. Selanjutnya, mulai 8 April 2025, BI juga melakukan intervensi agresif di pasar domestik melalui transaksi di pasar spot, DNDF, serta pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder. Selain itu, BI turut mengoptimalkan instrumen likuiditas rupiah guna memastikan kecukupan likuiditas di pasar uang dan perbankan nasional.
Kepala Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, menjelaskan bahwa rangkaian kebijakan ini bertujuan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah serta memperkuat kepercayaan pelaku pasar terhadap perekonomian domestik.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan mengakui adanya kekhawatiran bahwa nilai tukar rupiah bisa menembus Rp17.000 per dolar AS. Namun, ia menegaskan bahwa kondisi saat ini masih tergolong wajar dan telah diprediksi oleh DEN.
“Ini masih dalam batas yang normal dan bisa menjadi bagian dari penyesuaian atas tarif yang diberlakukan oleh pemerintah Amerika Serikat,” jelas Luhut. Ia menambahkan bahwa depresiasi nilai tukar dan pelemahan pasar saham di dalam negeri telah diperhitungkan dan masih sejalan dengan dinamika global yang terjadi di negara lain.
Sementara itu, indeks dolar AS terpantau melemah sebesar 0,55 persen ke level 102,39. Seiring dengan rupiah, sejumlah mata uang Asia lainnya juga mengalami pelemahan, seperti yuan Tiongkok (0,13 persen), rupee India (0,49 persen), dolar Taiwan (0,14 persen), peso Filipina (0,23 persen), dan ringgit Malaysia (0,05 persen). Sebaliknya, beberapa mata uang menguat terhadap dolar AS, antara lain yen Jepang (0,45 persen), dolar Singapura (0,3 persen), won Korea Selatan (0,12 persen), dan dolar Hong Kong (0,06 persen).
Sumber: Bisnis.com/Sn