Rupiah Melemah di Tengah Ketidakpastian Pemilu AS

ilustrasi
ilustrasi

Jakarta|EGINDO.co Nilai tukar rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Rabu (24/7/2024), setelah penutupan di zona merah pada hari sebelumnya. Ketidakpastian terkait pemilihan presiden AS, pasca pengunduran diri Joe Biden dari pencalonan, terus mempengaruhi nilai tukar rupiah.

Mengacu pada data Bloomberg pukul 09.05 WIB, mata uang rupiah dibuka melemah sebesar 0,08% atau 13,5 poin ke level Rp16.227 per dolar AS. Sementara itu, indeks mata uang AS tercatat stagnan di posisi 104,45.

Sejumlah mata uang Asia lainnya juga mengalami pelemahan terhadap dolar AS, antara lain ringgit Malaysia yang turun 0,04%, rupee India turun 0,04%, peso Filipina melemah 0,01%, serta dolar Singapura yang turun 0,01%. Di sisi lain, beberapa mata uang Asia yang menguat terhadap dolar AS yaitu yen Jepang yang naik 0,17%, dolar Taiwan naik 0,09%, won Korea menguat 0,07%, dan baht Thailand naik 0,08%.

Baca Juga :  Selasa Pagi Rupiah Melemah 16 Poin

Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, memprediksi bahwa nilai tukar rupiah pada perdagangan hari ini akan mengalami fluktuasi, namun cenderung melemah dalam rentang Rp16.200 hingga Rp16.260 per dolar AS. Menurutnya, ketidakpastian politik di AS setelah pengunduran diri Joe Biden turut berdampak pada pasar keuangan.

“Meskipun ketidakpastian politik di AS ini memicu aliran dana safe-haven ke dalam emas, ketahanan dolar membatasi aliran tersebut,” ujar Ibrahim dalam riset yang dirilis pada Selasa (23/7/2024).

Meski demikian, Ibrahim menjelaskan bahwa emas tetap menunjukkan performa yang kuat tahun ini di tengah optimisme bahwa Federal Reserve akan mulai menurunkan suku bunga pada September 2024. Di sisi lain, bank sentral China, PBoC, memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan 1 tahun dan 5 tahun sebesar 10 basis poin (bps) menjadi masing-masing 3,35% dan 3,85%.

Baca Juga :  Jumat Pagi Rupiah Melemah 12 Poin

Kekhawatiran mengenai kebijakan moneter yang lebih ketat di AS, akibat kemungkinan Donald Trump menjadi presiden, juga membuat pelaku pasar waspada terhadap aset-aset yang terekspos di China.

Sementara itu, dari dalam negeri, Ibrahim menilai bahwa ambisi Presiden terpilih, Prabowo Subianto, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 8% selama lima tahun masa kepemimpinannya akan sulit tercapai jika masalah struktural ekonomi Indonesia tidak segera dibenahi. Selama dua periode kepemimpinan Presiden Joko Widodo, pertumbuhan ekonomi Indonesia stagnan di kisaran 5%, jauh dari target Jokowi saat kampanye Pilpres 2014 yang menginginkan pertumbuhan ekonomi sebesar 7%.

Sumber: Bisnis.com/Sn

Bagikan :
Scroll to Top