Rupiah Melemah di Awal Perdagangan, Pasar Cermati Arah Kebijakan Pajak AS

ilustrasi uang rupiah & dollar AS
ilustrasi uang rupiah & dollar AS

Jakarta|EGINDO.co  Nilai tukar rupiah kembali mengalami pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan hari ini. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah terkoreksi sebesar 0,15 persen atau melemah 25 poin ke level Rp16.224 per dolar AS.

Pelemahan ini terjadi setelah sehari sebelumnya, rupiah berhasil ditutup menguat di posisi Rp16.198 per dolar AS pada Selasa (1/7). Posisi tersebut merupakan titik terkuat mata uang Garuda sejak awal Januari 2025.

Menurut pengamat pasar uang, Lukman Leong, pelemahan rupiah kali ini disebabkan oleh sikap hati-hati para pelaku pasar yang tengah menunggu kejelasan arah kebijakan fiskal dari Amerika Serikat. “Pergerakan rupiah hari ini diperkirakan relatif stabil karena investor bersikap wait and see terhadap RUU pajak Trump yang masih dalam pembahasan Kongres AS,” ujarnya, Rabu (2/7).

Rancangan Undang-Undang pajak yang diusulkan mantan Presiden Donald Trump diperkirakan akan dibahas intensif dalam beberapa hari ke depan, tepat sebelum masa tenggat kebijakan tarif resiprokal berakhir. Ketidakpastian ini menyebabkan volatilitas di pasar keuangan global tetap tinggi, meskipun dolar AS sempat tertekan dalam beberapa sesi terakhir.

Data dari CNBC Indonesia juga mencatat bahwa pelemahan dolar AS sebelumnya dipicu oleh kekhawatiran atas potensi perlambatan ekonomi AS jika kebijakan fiskal baru tersebut dinilai terlalu agresif. Situasi ini membuka peluang bagi penguatan mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.

Namun, sentimen positif terhadap rupiah masih dibatasi oleh faktor eksternal. “Rupiah berpotensi menguat ke level Rp16.150 per dolar AS, namun jika tekanan kembali muncul, kurs dapat melemah hingga Rp16.250,” kata Lukman.

Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) disebut masih akan menjaga stabilitas nilai tukar melalui intervensi di pasar valas dan operasi moneter domestik, sebagai bagian dari upaya menjaga stabilitas makroekonomi nasional di tengah ketidakpastian global.

Sumber: rri.co.id/Sn

Scroll to Top