Jakarta|EGINDO.co Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berisiko melanjutkan pelemahannya di kisaran Rp15.500- Rp15.560 pada perdagangan hari ini, Jumat (22/12/2023), usai Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan di level 6% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 20-21 Desember 2023.
Pada perdagangan Kamis (21/12/2023) pukul 15.10 WIB, rupiah ditutup turun tipis 0,09% atau 14 poin ke Rp15.525 per dolar AS sementara indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback terkoreksi 0,05% atau 0,05 poin ke 102,36.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan keputusan BI mempertahankan suku bunga acuan dinilai tetap konsisten dengan kebijakan moneter yang prostability, untuk penguatan stabilisasi nilai tukar rupiah serta langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 3,0±1% pada 2023 dan 2,5±1% pada 2024.
Kemudian ada sejumlah faktor yang membuat BI mempertahankan suku bunga acuannya. Pertama, tingkat inflasi pada November 2023 tercatat sebesar 2,86 persen (yoy), meningkat dari 2,56 persen yoy dibandingkan bulan sebelumnya.
Naiknya harga bahan makanan juga tercermin dari komponen harga bergejolak yang mencatatkan inflasi sebesar 7,59 persen (yoy) pada November 2023, peningkatan signifikan dari 5,54 persen (yoy) pada bulan sebelumnya.
“Faktor kedua dari sisi eksternal, yakni surplus perdagangan menyusut ke US$2,41 miliar pada November 2023 dari US$3,48 miliar pada sebelumnya. Menyempitnya surplus perdagangan dipengaruhi oleh kombinasi turunnya ekspor dan meningkatnya impor selama bulan lalu,” kata Ibrahim dalam risetnnya, dikutip Jumat (22/12/2023).
Dari sisi eksternal, lanjut Ibrahim, taruhan penurunan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat Federal Reserve pada Maret 2024 tetap ada. Pasar juga menantikan sejumlah data ekonomi yang akan dirilis minggu ini, termasuk kekuatan ekonomi AS yang memberi The Fed lebih banyak ruang untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam jangka waktu lebih lama.
“Data klaim pengangguran mingguan AS juga akan dirilis pada Kamis, sementara pembacaan indeks harga PCE – alat pengukur inflasi pilihan The Fed – akan dirilis pada hari Jumat,” kata Ibrahim.
Ibrahim menambahkan inflasi dan kekuatan pasar tenaga kerja AS merupakan poin utama yang menjadi perdebatan bagi The Fed, karena kedua sektor tersebut telah menunjukkan ketahanan yang mengejutkan dalam beberapa bulan terakhir.
Di Asia, Bank Rakyat China (PBOC) mempertahankan suku bunga pinjaman acuannya pada rekor terendah minggu ini, karena bank tersebut kesulitan menjaga keseimbangan antara mendorong pertumbuhan ekonomi dan membendung pelemahan mata uangnya.
“Hal tersebut yang membuat pasar tetap gelisah mengenai prospek ekonomi Tiongkok yang terus melemah akibat krisis proferti yang sampai saat ini masih belum ada titik pemyelesaian,” jelasnya.
Ibrahim memprediksi nilai tukar rupiah hari ini akan bergerak fluktuatif namun berpeluang ditutup melemah di kisaran Rp15.500- Rp15.560 per dolar AS.
Sumber: Bisnis.com/Sn