Rupiah Diproyeksikan Masih Melemah Dipengaruhi Perdagangan

ilustrasi
ilustrasi

Jakarta|EGINDO.co Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada awal pekan ini diproyeksikan masih cenderung melemah. Pelemahan masih terpengaruh oleh lesunya rupiah dalam perdagangan sepekan kemarin.

Sentimen pasar negatif oleh isu suku bunga The Fed dan data inflasi serta perdagangan Tiongkok. Sehingga pelaku pasar memilih hati-hati, dan lebih suka melihat dan menunggu perkembangannya di pekan ini.

“Potensi pelemahan rupiah terhadap dollar AS masih terbuka hari ini. Karena pelaku pasar masih mengantisipasi pernyataan beberapa pejabat bank sentral AS pekan lalu termasuk pernyataan Jerome Powell,” kata analis pasar uang Aristo Tjendra, Senin (13/11/2023)

Powell mengatakan masih membuka peluang kenaikan suku bunga acuan AS untuk menurunkan tingkat inflasi AS. Saat ini inflasi di AS masih tinggi, belum turun ke level target 2%.

Baca Juga :  Jelang Tahun Baru, Rupiah Diproyeksikan Menguat

Beberapa sentimen eksternal juga berpotensi mendorong pelaku pasar keluar dari aset berisiko dan menekan rupiah. Seperti konflik di Timur Tengah yang masih berlangsung dan isu pelambatan ekonomi Tiongkok.

Di sisi lain, downgrade outlook utang AS oleh Moody’s diperkirakan bisa memberikan sentimen negatif untuk dollar AS. Sehingga ada kemungkinan bisa menahan penguatan dollar AS hari ini.

Potensi pelemahan rupiah hari ini ke arah Rp15730 per dollar AS. Sedangkan potensi penguatan rupiah di kisaran Rp15630 per dollar AS.

Sementara itu, IHSG diproyeksikan akan menguat dalam perdagangan hari ini. Setelah pada akhir kemarin ditutup melemah 0,42 persen dengan net sell asing (aksi jual) mencapai Rp615 miliar.

Baca Juga :  Chatib Basri: Ekonomi Tumbuh 5,2 Persen Tercapai Tahun Depan

“Saham yang paling banyak dijual asing di akhir pekan kemarin adalah BBRI, BBCA, GOTO, BBNI dan BMRI. Hari ini IHSG berpotensi sideway cenderung menguat, level support di 6.770-6.800 dan level resist IHSG berada di 6.850-6.870,” kata Head of Retail Research Analyst BNI Sekuritas Fanny Suherman.

Menurut Fanny, pergerakan pasar efek juga dipengaruhi pernyataan ketua Federal Reserve Jerome Powell kemarin. Powell  mengatakan, nampaknya masih perlu pekerjaan tambahan untuk menurunkan inflasi.

Sehingga Bursa Asia Pasifik pada Jumat sebelumnya mengalami koreksi mengikuti pergerakan Bursa di AS. Termasuk pergerakan Bursa di Indonesia yang terseret melemah hingga penutupan perdagangan.

Sumber: rri.co.id/Sn
Bagikan :
Scroll to Top