Rupiah Diprediksi Melemah, Sentimen Tarif AS dan Suku Bunga Fed Jadi Penggerak Pasar

ilustrasi
Ilustrasi. Lembaran uang rupiah nominal Rp100.000 dan Rp 50.000 yang ada di tangan masyarakat.

Jakarta|EGINDO.co  Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan bergerak dalam kisaran terbatas dengan kecenderungan melemah pada perdagangan Jumat (11/7/2025). Proyeksi ini seiring dengan meningkatnya ketidakpastian global akibat kebijakan tarif baru dari AS dan prospek kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed).

Mengacu pada data Bloomberg, pada penutupan perdagangan Kamis (10/7), rupiah tercatat menguat tipis sebesar 33,5 poin atau 0,21% ke posisi Rp16.224 per dolar AS. Di sisi lain, indeks dolar AS justru melemah 0,14% ke level 97,41, menandakan tekanan dari dalam negeri AS sendiri.

Di kawasan Asia, pergerakan mata uang utama tercatat beragam. Yen Jepang naik 0,03%, dolar Singapura terapresiasi 0,09%, dan won Korea Selatan menguat 0,23%. Sementara itu, pelemahan terjadi pada dolar Taiwan yang turun 0,31%, ringgit Malaysia yang melemah 0,04%, dan dolar Hong Kong yang bergerak stagnan. Baht Thailand mencatat penguatan terbesar sebesar 0,34%, disusul peso Filipina (0,19%), rupee India (0,06%), dan yuan China (0,05%).

Analis pasar uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, menjelaskan bahwa pasar masih mencerna hasil risalah rapat The Fed bulan Juni yang menunjukkan kecenderungan pelonggaran kebijakan moneter. “Sebagian besar pejabat The Fed memproyeksikan pemangkasan suku bunga akan dilakukan menjelang akhir tahun, seiring melandainya inflasi dan meningkatnya risiko pelemahan ekonomi serta pasar tenaga kerja,” jelasnya pada Kamis (10/7).

Beberapa anggota The Fed bahkan menyatakan bahwa pemangkasan suku bunga bisa terjadi dalam pertemuan berikutnya, meskipun sebagian lainnya menilai belum ada urgensi untuk perubahan kebijakan pada tahun 2025. Menurut CNBC Indonesia, para pejabat juga menilai tekanan inflasi akibat tarif impor bersifat sementara, dan ekspektasi inflasi secara umum tetap terkendali.

Dari sisi eksternal, pasar global diguncang oleh keputusan Presiden AS Donald Trump yang kembali menaikkan tarif impor sejumlah komoditas. Salah satunya adalah tembaga, yang akan dikenai tarif 50% mulai 1 Agustus 2025. Langkah ini diklaim sebagai upaya memperkuat industri dalam negeri AS. Selain itu, tarif impor terhadap Brasil juga ditingkatkan menjadi 50% dari sebelumnya 10%.

Indonesia turut terdampak. Pemerintah AS memutuskan untuk tetap memberlakukan tarif balasan sebesar 32% terhadap sejumlah produk ekspor Indonesia. Menurut Kontan.co.id, keputusan ini diambil dengan alasan hubungan dagang yang belum seimbang antara kedua negara. Tarif baru tersebut akan mulai diberlakukan pada awal Agustus 2025.

Menanggapi hal ini, pemerintah Indonesia menyatakan bahwa proses negosiasi dengan pemerintah AS masih terus berlangsung. Komunikasi intensif terus dibangun untuk mencari solusi yang saling menguntungkan. Pemerintah juga sedang menyusun strategi mitigasi, termasuk opsi deregulasi ekspor dan peningkatan impor dari AS sebagai upaya penyeimbang.

Dengan mempertimbangkan dinamika global tersebut, Ibrahim memproyeksikan bahwa rupiah akan mengalami tekanan dan berpotensi ditutup melemah pada kisaran Rp16.220 hingga Rp16.270 per dolar AS pada akhir perdagangan hari ini.

Sumber: Bisnis.com/Sn

Scroll to Top