Jakarta|EGINDO.co Nilai tukar rupiah diperkirakan akan terus mengalami tekanan akibat penguatan indeks dolar Amerika Serikat (AS). Pada Senin pekan ini, rupiah terdepresiasi sebesar 78,5 poin atau 0,51 persen, menjadi Rp15.456 per dolar AS. Analis Pasar Uang, Ariston Tjendra, pada Selasa (10/9/2024) menjelaskan bahwa posisi indeks dolar AS pagi ini lebih tinggi dibandingkan dengan pagi sebelumnya, yaitu 101,70 dibandingkan 101,35, sehingga memberi tekanan pada rupiah.
Menurut Ariston, saat ini fokus pasar tidak lagi pada waktu pemangkasan suku bunga oleh Bank Sentral AS, melainkan pada besarannya, yakni apakah sebesar 25 atau 50 basis poin. Data ekonomi AS yang dirilis belakangan ini tidak menunjukkan penurunan signifikan, sehingga pasar memperkirakan pemangkasan hanya sebesar 25 basis poin, dan ini sudah diperhitungkan oleh pelaku pasar.
Ariston juga menambahkan bahwa ekspektasi pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin sudah tercermin dalam pergerakan indeks dolar, yang menyebabkan dolar AS menguat dan rupiah melemah. Namun, data inflasi AS yang akan dirilis pada Rabu malam dapat menjadi faktor baru yang mempengaruhi pasar. Jika data tersebut menunjukkan penurunan inflasi, dolar AS berpotensi melemah.
Ia memprediksi bahwa nilai tukar rupiah masih berpotensi melemah ke kisaran Rp15.500-Rp15.530, dengan level support di sekitar Rp15.400 per dolar AS.
Sumber: rri.co.id/Sn