Mumbai | EGINDO.co – Rupee India jatuh ke lebih dari 80 per dolar Amerika Serikat untuk pertama kalinya dalam rekor pada Selasa (19 Juli), karena greenback memperpanjang reli dan arus keluar modal asing meningkat.
Rupee berada di posisi 80.0600 terhadap greenback segera setelah perdagangan dimulai, data Bloomberg menunjukkan.
Inflasi yang tinggi dan kenaikan suku bunga di AS ditambah dengan kekhawatiran resesi yang akan datang di ekonomi terbesar dunia telah memicu reli dolar yang luas dalam beberapa pekan terakhir karena investor semakin menghindari risiko.
Kebijakan moneter AS yang lebih ketat telah memperburuk arus keluar dari pasar negara berkembang seperti India, di mana investor asing telah menarik utang dan ekuitas bersih senilai US$30,8 miliar tahun ini.
Data yang dirilis minggu lalu menunjukkan inflasi harga konsumen AS mencapai level tertinggi baru empat dekade di bulan Juni, melebihi perkiraan pasar dan memicu ekspektasi kenaikan suku bunga Federal Reserve besar lainnya minggu depan.
Dalam sebuah pernyataan tertulis kepada parlemen India pada hari Senin, menteri keuangan Nirmala Sitharaman mengaitkan penurunan tajam rupee dengan alasan eksternal.
“Faktor global seperti konflik Rusia-Ukraina, melonjaknya harga minyak mentah dan pengetatan kondisi keuangan global adalah alasan utama melemahnya Rupee India terhadap dolar AS,” katanya.
Pada saat yang sama, mata uang India telah menguat terhadap pound Inggris, yen Jepang dan euro pada tahun 2022 sejauh ini, tambah Sitharaman.
Tetapi harga minyak mentah yang lebih tinggi telah mengakibatkan memburuknya neraca perdagangan di negara yang mengimpor 80 persen dari kebutuhan minyaknya.
Defisit perdagangan barang India melebar ke rekor 26,18 miliar dolar AS pada Juni, data resmi menunjukkan pekan lalu, sebagian besar karena harga impor minyak mentah dan batu bara yang lebih tinggi.
Dalam tinjauan ekonomi bulanannya, Kementerian Keuangan mengatakan bahwa impor yang lebih mahal dapat memperlebar defisit transaksi berjalan dan menyebabkan rupee semakin terdepresiasi.
Inflasi harga konsumen di India, ekonomi terbesar keenam di dunia, sedikit mereda menjadi 7,01 persen pada Juni setelah mencapai level tertinggi delapan tahun di 7,79 persen pada April.
Tetapi kenaikan harga telah bertahan jauh di atas kisaran target bank sentral 2 persen hingga 6 persen meskipun ada kenaikan suku bunga berturut-turut pada Mei dan Juni.
Bank sentral juga telah menjual lebih dari US$34 miliar cadangan mata uang asingnya dalam upaya menstabilkan rupee.
Sumber : CNA/SL