Jakarta | EGINDO.com – Prospek sektor pulp dan kertas Indonesia hingga akhir 2025 dan sepanjang 2026 dinilai masih bergerak menggembirakan dimana kinerjanya sangat bergantung pada siklus harga pulp global dan pemulihan permintaan ekspor.
Banyak para analis memperkirakan harga pulp yang belum sepenuhnya stabil dan itu menjadi tantangan utama bagi emiten Pulp dan Kertas hingga tahun 2026 mendatang. Prospek sektor pulp dan kertas Indonesia mulai menunjukkan perbaikan memasuki paruh kedua 2025. Namun, masih berada dalam dinamika siklus harga pulp global dan fluktuasi nilai tukar, pemulihan permintaan ekspor serta stabilnya pasar domestik menjadi penopang utama kinerja sektor ini ke depan. Harga pulp sudah lewat fase bottom, permintaan ekspor mulai pulih, dan pasar domestik relatif stabil.
Penerapan ESG dan regulasi kehutanan memiliki dampak dua sisi. Dalam jangka pendek, kepatuhan terhadap standar ESG berpotensi menekan biaya operasional. Namun dalam jangka menengah hingga panjang, hal tersebut justru bisa menjadi katalis positif bagi emiten yang mampu memenuhi standar keberlanjutan. Emiten yang gagal memenuhi aspek ESG berisiko kehilangan akses pasar ekspor maupun sumber pendanaan. Sedangkan dari investasi, strategi berbasis siklus dan valuasi dan investor dinilai lebih tepat melakukan akumulasi saat harga pulp berada dalam fase datar atau mulai naik, serta menghindari pembelian ketika harga saham sudah reli terlalu tinggi.
PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) masih menjadi pemain paling solid. Skala usaha yang besar, integrasi bisnis dari hulu ke hilir, serta efisiensi biaya menjadi keunggulan utama kedua emiten tersebut dalam menghadapi naik-turun siklus industri. Para analis masih menilai INKP dan TKIM masih menarik dikoleksi sebagai strategi investasi menuju 2026.
PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) memiliki fundamental paling solid dan daya tahan kinerja terbaik. Pasalnya, integrasi aset hutan tanaman industri, serta portofolio produk yang beragam membuat kedua emiten tersebut lebih tahan terhadap fluktuasi harga pulp. Selain itu, ekspansi kapasitas yang mulai berkontribusi pada periode 2025-2026 berpotensi menjadi katalis pertumbuhan volume dan pendapatan. INKP dan TKIM masih relatif menarik untuk dikoleksi, terutama jika terjadi rotasi dana ke saham-saham big caps pada 2026.@
Bs/fd/timEGINDO.com