Bandungn | EGINDO.co   – Tatapan mata remaja pria berusia sekitar 15 tahun itu tajam dan fokus tertuju ke pintu masuk salah ruangan konsultasi di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi Jawa Barat (Jabar) di Cisarua Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat saat Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum mengajaknya berdialog.
Mengenakan kemeja biru bermotif kotak-kotak, remaja pria tersebut lantang menjawab pertanyaan yang diutarakan Wagub Jabar Uu Ruzhanul Ulum.
“Tos sabaraha lami didieu? (Sudah berapa lama menjalani perawatan di RSJ Provinsi Jabar),” tanya Wagub Uu kepada remaja tersebut.
“Tos dua minggu (sudah dua minggu),” ujar remaja pria tersebut.
Tatapan remaja tersebut hanya berfokus ke arah pintu masuk ruangan konsultasi walaupun di samping kiri dirinya ada Wagub Jabar Uu Ruzhanul Ulum memegang pundaknya sambil mengajaknya berkomunikasi.
Lantas Wagub Uu bertanya kepada remaja tersebut tentang alasan mengapa menjalani perawatan di RSJ Provinsi Jabar.
“Sok ngalungkeun handphone (Suka melempar handphone),” ujar remaja pria tersebut.
Wagub Jabar Uu Ruzhanul Ulum mengajak remaja pria lainnya berdialog dan intonasi remaja tersebut cukup tinggi saat menjawab pertanyaan dari Wagub Jabar.
Keempat remaja pria tersebut adalah pasien yang menjalani rawat jalan akibat kecanduan game di gawai di RSJ Provinsi Jabar.
Selasa pagi, sekitar pukul 07.30 WIB Uu Ruzhanul Ulum menemui remaja kecanduan game di gawai yang menjalani rawat jalan di RSJ Provinsi Jabar.
Dalam kunjungan tersebut Wagub Uu menemui empat orang remaja putra di salah satu ruangan konsultasi RSJ Provinsi Jawa Barat.
Seusai berdialog dengan remaja pria tersebut Wagub Uu mendoakan agar para remaja putra tersebut bisa lepas dari kecanduan game di gawai.
“Jadi saya datang ke sini untuk meyakinkan, dan memang dampak handphone ini sangat luar biasa,” kata dia.
Menurut dia saat ini banyak anak-anak yang ketergantungan atau kecanduan (adiksi) terhadap gawai dan faktor penyebab kecanduannya beragam.
“Penyebabnya bisa karena awalnya gangguan stres mengurung diri, dan punya teman kemudian pegang handphone karena enggak ada kegiatan. Bisa juga mereka enggak punya komorbid, kemudian pegang telepon,” kata dia.
Melihat fenomena kasus anak kecanduan games di gawai, Wagub Uu meminta ke para orang tua untuk bisa mengawasi anak dengan berbagai situasi dan kondisi dan berikan pendidikan spiritual kepada anak.
“Jangan biarkan anak mengurung diri sendiri di kamar, anak harus ceria, harus bergaul dengan temannya tapi jangan asal bergaul. Anak harus diberikan pendidikan ukhrowi dengan memanggil ustazd atau yang nonmuslim memanggil tokoh agama untuk menjaga keseimbangan,” kata dia.
Program Setangkai
Sebagai langkah pencegah fenomena kasus anak kecanduan (adiksi) terhadap gawai atau internet, Pemprov Jabar melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Provinsi Jawa Barat menggagas Program “Setangkai” atau Sekolah Tanpa Gangguan Kendali Gawai.
“Kami ada program unggulan, namanya ‘Setangkai’. Jadi kami sedang merancang sebuah pola yang akan diterapkan literasinya kepada guru, kepada orang tua dan kepada anak-anak. Pola tersebut masih dalam konsep ya,” kata Kepala Bidang Perlindungan Perempuan dan Anak DP3AKB Provinsi Jawa Barat, Ema Kusuma seusai mendampingi kunjungankerja Wakil Gubernur Jabar Uu Ruzhanul Ulum ke RSJ Provinsi Jawa Barat.
Ema menuturkan pihaknya akan meluncurkan Program Setangkai pada Mei 2021.
“Jadi mudah-mudahan akhir bulan sudah ada konsep. Setangkai ini program unggulan Gubernur Jabar yang ada di DP3AKB. Kami rencananya akan melakukan launching sekitar bulan Mei 2021,” ujar dia.
Menurut dia sebagai langkah awal pihaknya akan mengadakan diseminasi secara daring yang dengan target 1.000 orang peserta terkait pengenalan Program Setangkai kepada guru, orang tua dan anak pada Selasa pekan depan.
“Diseminasi secara daring tersebut dengan kapasitas sesuai keinginan Pak Wagub Jabar tadi yakni 1.000 orang untuk mengikuti diseminasi Setangkai ini,” ujar dia.
Sementara itu, Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum menyambut baik rencana pelaksanaan diseminasi Program Setangkai pada pekan depan.
“Jadi kami akan mengadakan pertemuan. Untuk tahap pertama kami akan mengundang dari muslimat Persistri Aisyiyah Posyandu, majelis taklim dan PKK PAUD, khusus yang menangani masalah anak-anak dan keluarga untuk diberikan pengertian tentang bahaya kecanduan game di gawai,” kata Wagub Uu.
Dengan adanya diseminasi tersebut, kata Wagub Uu, diharapkan para orang tua mengerti tentang penggunaan gawai secara bijak.
“Karena sesuai dengan tujuannya Setangkai itu untuk memberikan literasi dan edukasi kepada orang tua, anak dan guru untuk penggunaan gawai secara bijak,” kata dia.
Meningkat
Sementara itu, Direktur Utama RSJ Provinsi Jabar dr Elly Marliyani mengatakan jumlah pasien baru rawat jalan yang didiagnosis kecanduan atau adiksi game dari Januari hingga Februari 2021 ada lima orang.
“Jadi untuk rawat jalan pasien baru di tahun 2021 ini dari Januari sampe Februari itu sudah ada lima orang yang murni gangguan adiksi game, adiksi internet. Jadi sebetulnya adiksi itu adiksi internet yang besarnya. Kemudian ada di dalamnya diantaranya ialah adiksi game. Jadi lima pasien baru bulan januaria dan februari 2021 ini rawat jalan,” ujar dr Elly.
Jumlah tersebut, kata dia, meningkat dibandingkan dengan kurun waktu selama tahun 2020, yakni hanya ada delapan orang yang rawat jalan karena kecanduan games.
“Nah, tahun 2020 jumlahnya delapan orang yang baru hanya adiksi game. Jadi murni adiksi game. Namun sebelumnya, Di 2019 kita belum punya data untuk yang adiksi game murni itu belum ada data. Jadi kalau adiksi murni game kita sudah mulai memiliki data pada tahun 2020 yakni sebanyak delapan orang rawat jalan Kemudian 2021 dalam waktu dua bulan ada lima (orang),” kata dia.
Psikiater Anak dan Remaja RSJ Provinsi Jabar dr Lina Budiyanti usia remaja kecanduan game yang menjalani perawatan di RSJ Provinsi Jabar berusia antara 11 sampai 15 tahun.
Salah satu alasan utama orang tua terpaksa membawa buah hatinya yang kecanduan game ke RSJ Provinsi Jabar karena anak tersebut menampilkan gangguan ekspresi emosi seperti melempar barang, merusak barang hingga mengancam dengan senjata tajam jika tidak diberi atau dilarang mengakses/menggunakan gawai atau internet.
Selain itu, pandemi COVID-19 juga ikut mempengaruhi anak menjadi kecanduan game atau internet.
“Memang sebagian besar yang datang ke kami di Januari hingga Februari ini, diperberat dengan kondisi pandemi ini. Anak tidak bisa ke mana-mana dan dapat kuota internet,” kata dr Lina.
Menurut dia salah satu cara agar anak terhindari dari kecanduan game atau internet ialah dengan membatasi bukan melarang anak mengakses internet di gawai.
“Yang bisa dilakukan orang tua agar anaknya tidak kecanduan game ialah yang pertama harus membatasi bukan melarang anak. Karena (internet saat ini jadi) kebutuhan,” kata dia.
Selain itu, orang tua juga harus mengajarkan anaknya tanggung jawab jika sedang mengakses internet di gawai.
Kecanduan bermain game melalui layar gawai memang bukan kasus baru terjadi di Tanah Air sehingga dibutuhkan ketegasan orang tua, keluarga dan sekolah untuk membatasi penggunaan gawai dalam aktivitas sehari-hari. @Ant/Sn