Prof Dr Rusmin: Barus Layak Menjadi Awal Moderasi Beragama

Diskusi Interaktif Wenibar “Update Pengetahuan Tentang Barus”
Diskusi Interaktif Webinar “Update Pengetahuan Tentang Barus”

Medan | EGINDO.co – Barus sudah layak Barus dijadikan sebagai awal moderasi beragama di Indonesia mengingat kerukunan, demokrasi, toleransi, kelembutan beragama yang kini juga dalam pertemuan lintas suku, ras, antar golongan di nusantara hingga tanah air kini dimulai dari pertemuan Islam, Sipele Sumangot, dan Kristen dicetak biru oleh da’i, ulu punguan, missionaris di Barus.

Hal ini dikatakan Guru besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Rusmin Tumanggor MA Rabu (22/12/2021) malam dalam Diskusi Interaktif Webinar “Update Pengetahuan Tentang Barus” atas kerjasama AW Sumatera Utara Chenel dengan PW. Alwashliyah Sumatera Utara.

“Saya sendiri meneliti Datu-Datu (Dukun) Barus lewat perguruan dengan 100 Datu dari 378 Datu yang terdapat di 48 Desa dan Kelurahan sejak tahun 1992-1996,. Peneliti menemukan 395 tabas dan tonggo (mantra dan Jampi) atau “doa” dari Ajaran Agama Hindu, Yahudi, Ru-Cikal Bakal Khunghucu dan Islam minus dari Nasrani. Ini diperoleh dari sebahagian Pustaha (Primbon Batak) dan catatan Datu-datu. Termasuk memperoleh 300 Species Tumbuhan, 90 macam hewan dan daru 12 sumber mineral untuk obat,” kata Rusmin Tumanggor.

Baca Juga :  Pemerintah Kaji Insentif Untuk Pembelian Produk Otomotif

Kini katanya telah menjadi inspirasi kajian pengobatan tradisional di Yankestrad Kementerian Kesehatan RI semenjak hasil penelitian yang dasarnya Disertasi berjudul “Sistem Kepercayaan dan Pengobatan Tradisional di Barus”

Jelaskannya pada Abad 19 Dua Missionaris Van der Tuuk dari Belanda tahun 1853 Ludwig Ingwer Nommensen tahun 1861 dari Jerman, sebelum penyebarkan Agama Kristen ke Rura Silindung Tapanuli Utara, lebih dahulu ke Barus mempelajari Budaya Batak yang Rukun, Damai, Lembut, Toleran antara penganut Sipele sumangot dengan Penganut Islam yang telah membudaya-peradabankannya selama ribuan tahun sebelumnya.

Menurut Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, kini Barus mulai muncul kepermukaan karena adanya evidence based (dasar bukti temuan) dari pelbagai penelitian. Ditemukannya Hadits Rasulullah tentang kapur barus yang digunakan dalam fardu kifayah ketika permandian jenazah pada gasal terakir penyelenggaraan jenazah.

Baca Juga :  Ini Bioskop Pertama di Timika, Cinema XXI Perluas Jangkauan

Ditemukannya makam-makam di bukit-bukit yang tinggi di sejumlah tempat di Barus yang tidak ditemukan di Aceh. Ditemukannya abad VIII-XIX Benda-Benda Situs Keramik dari Cina, Botol dan Piring dari Timur Tengah. Ditemukannya abad VII Benda-benda Situs dan Kayu-Kayu Bangkai Kapal Laut di Suak-suak Pinggir Laut melalui Hutan Bakau Kampung Jago-Jago Kecamatan Badiri Dekat Pinangsori.

Kini marak kajian rempah dunia ternyata Barus termasuk memiliki Rempah yaitu Kapur Barus, cengkeh, kemenyan, pala, asam potong, kemenyan. Begitu juga kajian tentang sutra dunia, Barus pernah memproduksi sutra berkualitas dunia.

Ditemukannya konsep Bahasa Melayu yang dimodifikasi menjadi Bahasa Indonesia yang berlaku secara nasional dan mendunia, semenjak dianalisa Syair-Syair Hamzah Fansuri pada abad ke-16. Sedangkan ustaz Dr Haiqal Hasan menemukan Referensi dari Belanda bahwa Islam telah masuk ke Barus Tahun 623 Masehi, Palembang Tahun 623 Masehi, Pasai dan Peureulak tahun 626 Masehi. Berarti dari segi ekologi Barus centra penyebaran Islam ke Nusantara.

Baca Juga :  SGN dan PTPN I, Holding Perkebunan Nusantara Lakukan Kick Off KSO

Diskusi Interaktif Wenibar “Update Pengetahuan Tentang Barus” itu dipandu Drs. Shohibul Anshor Siregar, M.Si, Koordinator Umum Pengembangan Basis Sosial Interaktif & Swadaya (Nbasis).

Disamping Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tampil narasumber Ketua Yayasan Badan Warisan Soematra (BWS) Ir. Fadmin P Malau yang juga Pemimpin Redaksi EGINDO.co Jakarta membedah syair-syair dari penyair sufi Hamzah Al Fansuri yang mana dari syair-syair Hamzah Al Fansuri itu bisa menjadi hipotesa bahwa sastrawan, tokoh tasawwuf Hamzah Al Fansuri berasal dari Barus.

Sedangkan Ketua Prodi Antropologi Sosial Fisip USU Medan Dr. Irfan Simatupang, M.Si membahas tentang kekinian Barus dari segi antropologi budaya yang berkembang di Barus.@

Rel/TimEGINDO.co

 

Bagikan :
Scroll to Top