Medan | EGINDO.com – Teori Gujarat abad 12 hingga abad 13. Teori Mekkah yang dicetuskan Hamka abad pertama Islam langsung dari Arab masuk ke nusantara. Sesuai keputusan seminar Medan, akan tetapi teori Mekkah selama ini tidak ada bukti temuan arkeologis. Baru kini, sejak ditemukannya koin Ummayah dan Abbasiyah di Bongal kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara (Sumut), teori Mekkah memiliki landasan data arkeologisnya.
Hal itu dikatakan Sejarawan dari Universitas Negeri Medan, Prof. Dr. Ichwan Azhari menjawab pertanyaan EGINDO.com belum lama ini tentang adanya upaya penulisan ulang Sejarah Indonesia yang digagas Kementerian Kebudayaan membuka lembar baru dalam memahami proses masuknya Islam ke Nusantara.
Dalam penulisan ulang Sejarah Indonesia itu sejumlah temuan arkeologis di Situs Bongal, Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara, menjadi pijakan penting dalam Penulisan Buku Sejarah Indonesia. Temuan tersebut akan membentuk narasi baru tentang proses Islamisasi di Nusantara. Bukti arkeologis di Bongal mengindikasikan Islam telah hadir di wilayah Indonesia sejak abad ke-7 Masehi, langsung dari Asia Barat.
“Gujarat itu teori Barat atau Belanda. Dibangun, juga bukan tentang data nisan Barus. Teori Mekkah orisinal Indonesia atau Hamka dan kawan kawan, dirumuskan di Medan pada 1963. Dalam buku sejarah SNI 1984 dan Dalam Indonesia dalam Arus Sejarah (IDAS), Barus tidak disinggung. Akan tetapi dalam penulisan yang baru, Barus dirujuk sebagai sambungan Bongal, Lobu Tua, juga Lamuri, Pasai dan Haru dibahas,” kata Ichwan Azhari.
Situs Bongal terletak di kaki bukit Bongal, yang terletak di Desa Jago-jago, Kecamatan Badiri, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Penelitian di situs tersebut telah berlangsung sejak 2019 lalu. Salah satu temuannya yakni koin Islam yang dibuat di Basrah, Irak, pada tahun 79 hijriyah atau 698 M/akhir abad ke-7 M di masa Dinasti Bani Umayyah.
Ichwan Azhari mengungkap koin ini memiliki bobot 2,22 gram dan diameter 26,25 mm. Inskripsi yang tertera dalam koin yang ditemukan di Bongal ini berisi ayat-ayat Al-Qur’an dan pernyataan ketauhidan, keesaan Allah dan Muhammad sebagai Rasulullah. “Koin-koin ini bukan hanya sebagai alat transaksi ekonomi dari dinasti yang kuat pada zamannya, tapi sekaligus untuk menyebarkan dakwah Islam kemanapun uang ini beredar,” kata guru besar ilmu sejarah Unimed itu.
Dijelaskannya pada sisi depan melingkar koin yang ditemukan bertuliskan dalam aksara Arab, “Bismillahi, dhuriba hadza ad-dirham bil Basrah fi sanah tis’a wa sab’in” (Dengan Nama Allah, dirham ini dibuat di Basrah pada tahun tujuh puluh sembilan). Bagian tengahnya bertuliskan “Laa ilaaha illa/ Allah wahdahu/ Laa syarikalahu/” (Tidak ada Tuhan selain/ Allah Yang Esa/ Tidak ada sekutu bagi-Nya/). Sementara sisi belakang bertuliskan “Allahu ahad Allah/ Ash-shamad lam yalid/ Wa lam yuulad wa lam yakun/ Lahu kufuwan ahad/” (Allah Yang Maha Esa, Allah/ Tempat meminta, tidak beranak/ dan tidak diperanakkan, dan tidak ada sesuatu/ Yang setara dengan Dia satupun juga/).
Ichwan yang melakukan penelitian situs tersebut mengungkapkan peradaban Islam abad pertama Hijriyah sudah sampai di Pantai Barat Sumatera, tepatnya di Situs Bongal. Pasalnya Koin dinasti Umayyah yang dicetak di Basrah bertarikh 79 Hijriyah yang ditemukan di situs Bongal merupakan bukti tertua masuknya peradaban Islam di Indonesia.@
Fd/timEGINDO.com