PM Jepang, Utusan AS Peringatkan Rusia Atas Ancaman Nuklir

Dok. Bom Atom pertama dijatuhkan di Hiroshima
Dok. Bom Atom pertama dijatuhkan di Hiroshima

Tokyo | EGINDO.co – Perdana Menteri Jepang dan duta besar AS memperingatkan Rusia terhadap penggunaan senjata nuklir selama kunjungan Sabtu (26 Maret) ke Hiroshima, lokasi serangan bom atom dalam Perang Dunia II.

Peringatan mereka datang setelah Moskow pada hari Selasa menolak untuk mengesampingkan penggelaran persenjataan nuklirnya, dengan mengatakan itu dapat digunakan dalam perang Ukraina jika Rusia menghadapi “ancaman eksistensial”.

Pemimpin Jepang Fumio Kishida dan duta besar Rahm Emanuel mengunjungi taman dan museum memorial perdamaian, di mana diplomat AS menyebut posisi Rusia “tidak berbudi”.

Sekitar 140.000 orang tewas ketika Hiroshima dibom pada tahun 1945, termasuk mereka yang selamat dari ledakan tetapi meninggal setelahnya karena paparan radiasi.

Tiga hari kemudian Washington menjatuhkan bom plutonium di kota pelabuhan Jepang Nagasaki, menewaskan sekitar 74.000 orang dan menyebabkan berakhirnya Perang Dunia II.

Amerika Serikat tetap menjadi satu-satunya negara yang pernah menggunakan senjata nuklir dalam konflik.

Emanuel mengeluarkan pernyataan yang mengutuk posisi Moskow.

“Sejarah Hiroshima mengajarkan kita bahwa tidak masuk akal bagi negara mana pun untuk membuat ancaman seperti itu,” katanya.

“Kita hidup di masa yang belum pernah terjadi sebelumnya ketika Rusia mengancam penggunaan senjata nuklir, sesuatu yang dulunya tidak terpikirkan, bahkan tidak bisa diungkapkan.”

Kishida mengatakan bahwa “kengerian senjata nuklir tidak boleh terulang”.

Beberapa hari setelah pasukan Rusia menginvasi Ukraina bulan lalu, Presiden Vladimir Putin mengumumkan bahwa dia telah menempatkan pasukan nuklir strategis Moskow dalam siaga tinggi, sebuah langkah yang memicu kekhawatiran global.

“Kami memiliki konsep keamanan dalam negeri, dan ini bersifat publik. Anda dapat membaca semua alasan penggunaan senjata nuklir,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada CNN, Selasa.

“Jadi kalau itu ancaman eksistensial bagi negara kita, maka bisa digunakan sesuai dengan konsep kita.”

Sumber : CNA/SL

Scroll to Top